1.
SOSIALISASI
Manusia
menguasai sejumlah norma-norma di dalam dirinya bukan karena bersifat kodrati
melainkan memperolehnya melalui suatu proses yang disebut proses belajar
(learning process) atau menurut istilah teknis sosiologi (proses sosialisasi).
Lewat sosialisasi masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah
pekerti-tingkah pekerti apakah yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam
masyarakat. lewat sosialisasi masyarakat saling mengetahui peranan
masing-masing dalam masyarakat, dan karenanya kemudian dapat bertingkah pekerti
sesuai dengan peranan sosial masing-masing itu, tepat sebagaimana diharapkan
oleh norma-norma sosial yang ada dan selanjutnya mereka akan menyerasikan serta
menyesuaikan tingkah pekerti masing-masing sewaktu melakukan interaksi sosial [1]. Sosialisasi adalah suatu
proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan-interlaliza)
norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbulah diri yang unik.[2]
Sosialisasi
juga proses pembelajaran individu terhadap budaya yang
berkembang di masyarakatnya agar dia dapat berperan sebagai anggota masyarakat. Yang dipelajari individu dalam sosialisasinya adalah nilai dan norma
(unsur-unsur budaya) yang berkembang di masyarakatnya.[3]
Sosialisasi sangat menentukan pengoperan pola tingkah laku secara sosial,
seorang anak yang ditumbuhkan dalam keluarga yang banyak unsur kejahatan,
kemiskinan kronis, pola asusila, dan kebiasaan mengemis maka anak tersebut akan
bertingkah laku yang menyimpang/ sosiopatik, sebab pengaruh yang diberikan oleh
proses sosialisasi tersebut mengarahkan dan memaksa sehingga tingkah laku
individu menjadi conform/cocok dengan pola perilaku lokal. Kontak terus menerus
dengan progresif dan proses tersebut berangsur-angsur secara tidak sadar akan
membentuk kepribadian dan menjadi tingkah laku sehari-hari.[4]
Dalam buku
Sosialisasi sistematis (Karl Manheim.1987) dijelaskan sosialisasi merupakan proses pengembangan diri
sendiri mengikuti garis tertentu yang dapat disebut sebagai jalan sosial menuju
pengembangan diri.[5]
a.
Arti Penting Sosialisasi
Proses
sosialisasi betul-betul merupakan proses yang amat besar signifikasinya bagi
kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya, bahwa hanya lewat proses
sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala
keadaan tertib sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan dari generasi
kegenerasi (dengan ataupun tanpa perubahan). Walaupun demikian sosialisasi amat
besar juga signifikasinya bagi kehidupan bermasyarakat itu sendiri secara
individual. Karena kesulitan-kesulitan yang cukup besar pasti akan menimpa
setiap individu yang tidak berkesempatan mendapatkan sosialisasi yang memadai
yang karenanya akan gagal dalam usaha-usahanya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
sosial, khususnya dengan tingkah pekerti-tingah pekerti orang lain di dalam
masyarakat. Demikianlah bahwa
sosialsisasi itu harus dijalankan oleh
bukan hanya kepentingan masyarakat saja tetapi akan dirasakan bagi kepentingan
masyarakat secara individu. [6]
b.
Sosialisasi : Aktifitas Dua Pihak
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang diikuti secara aktif oleh dua pihak, yang pertama orang yang mensosialisasikan
dan yang kedua pihak yang disosialisasi. Aktifitas-aktifitas sosialisasi
dikerjakan oleh person-person tertentu yang dalam hal ini bekerja mewakili
masyarakat, ini dibagi dua yaitu:
Person-person
yang mempunyai wibawa dan kekuasasan atas individu-individu yang disosialisasi.
Misalnya: ayah, ibu, guru, atasan, pimpinan, dan sebagainya
-
Person-person yang mempunyai
kedudukan sederajat dengan individu yang tengah disosialisasi. Misalnya saudara
sebaya, kawan sepermaianan, kawan sekelas, dan lain-lain.
Adapun norma-norma sosial yang disosialisasikan oleh person-person
yang berwibawa adalah norma-norma yang mengandung keharusan-keharusan untuk
taat terhadap kekuasaan-kekuasaan yang superior, berwibawa, dan patut
dihormati. Sosialisasi seperti ini sedikit
banyaknya dilakukan secara paksaaan dan didukung oleh suatu kekuasaaan yang
bersifat otoriter. Selain itu proses
sosialisasi juga dilakuikan dengan cara lain tidak secara otoriter melainkan
atas dasar asas kesamaan dan kooperasi antara yang mensosialisasikan dan yang
disosialisasi. Proses ini disebut dengan sosialisasi ekualitas. Proses
sosialisasi ini dilakukan oleh person-person yang memiliki kedudukan sederajat
(kurang lebih sederajat dengan mereka yang disosialisasi).
Apapun sifatnya, otoriter maupun ekualitas proses sosialisasi
sangat penting bagi usaha mematangkan sesorang bocah mentah. Norma-norma yang
bersangkut paut dengan soal-soal disiplin dan rasa tanggung jawab akan
diturunkan lewat proses-proses sosialisasi otoriter, sedangkan yang lainnya
akan diturunkan lewat proses-proses sosialisasi yang bersifat ekualitas. [7]
c.
Proses Internalisasi
Intarnalisasi adalah proses yang dikerjakan oleh pihak yang tengah
menerima proses sosialiasi. Proses disini bukanlah proses yang bersifat pasif
melainkan merupakan rangkaian aktifitas
psikologik yang aktif juga
sifatnya. Pertama dia aktif
mencerna dan mengintrepretasikan pesan-pesasn yang disosialisasikan kepadanya dan
pada langkah berikutnya dia aktif meresapkan dan mengorganisir hasil interpretasinya
itu kedalam ingatan, perasaan, dan batinnya.
d. Tahapan Sosialisasi Menurut George Herbert Mead :
1.
Tahap persiapan (preparatory stage)
2.
Tahap meniru bertindak (play stage)
3.
Tahap siap bertindak (game stage)
4.
Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
e. Tujuan Sosialisasi
1. Membekali
seseorang dengan seperangkat nilai dan norma agar sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat.
2. Memberikan
latihan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan
sesamanya dan lingkungannya.
3. Mengembangkan
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan semua pihak dan melakukan
mobilitas sosial
4. Melatih
seseorang agar mampu mengendalikan fungsi-fungsi organiknya dan kepentingannya
agar sikap dan perilakunya tidak menyimpang dari tata nilai dan norma.[8]
f. Jenis-Jenis Sosialisasi
- Sosialisasi Primer
Sosialisasi yang pertama dijalani individu, semasa kecil, dimana ia belajar
menjadi anggota masyarakat atau sosialisasi yang berlangsung di lingkungan
keluarga.
- Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi yang berlangsung di luar lingkungan keluarga atau sosialisasi
yang berlangsung di masyarakat (sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja).
g.
Media Sosialisasi
Media
sosialisasi adalah tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut agen
sosialisasi atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud dengan agen sosialisasi
adalah orang yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat
dimana seseorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya
dewasa. Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi sosial secara langsung
ataupun tidak langsung. [9]
Media-media sosialisasi yang utama
1.
Keluarga
Anak yang
baru lahir mengalami poroses sosialisasi yang paling pertama adalah di dalam
keluaraga. Disinilah pertama kalinya mengenal lingkungan sosial dan budaya,
serta mengenal seluruh anggota keluarga, sampai pada akhirnya mengenal dirinya
sendiri. Dalam pembentukan kepribadian
anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara pendidikan atau ajaran yang
diberikan oleh orang tua, melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau
larangan.
Keluarga
merupakan institusi yang paling penting dalam pembentukan kepribadian manusia,
dikarenakan keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka, kedua,
memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anaknya sehingga terbentuk hubungan
emosional yang sangat berpengaruh pada proses sosialisasi. Ketiga adanya
hubungan sosial yang tetap.
Proses
sosialisasi dalam keluarga dapat dilakukan secara formal ataupun tidak formal.
Proses formal dilakukan melalui pendidikan dan pengajaran sedangkan nonformal
dilakukan lewat proses interaksi yang dialakukan secara tidak sengaja. Ada 3
pola hubungan antara orang tua dan anak yang menentukan proses sosialisasi
serta perkembangan kepribadian:
-
Pola menerima dan menolak.
Pola ini terjadi adanya hubungan yang mesra antara orang tua dan anak.
-
Pola memiliki dan
melepaskan. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif terhadap
anak
-
Pola demokrasi dan otokrasi.
Pola demokrasi didasarkan pada taraf patisipasi anak dalam menentukan kegiatan
kegiatan dalam keluarga, pola otokrasi orang rua bertindak diktator terhadap
anak.[10]
Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak,
antara lain:
-
berusaha dekat dengan anak-anaknya.
-
mengawasi dan mengendalikan
secara wajar agar anak tidak merasa tertekan.
-
mendorong agar anak mampu
membedakan benar dan salah, baik dan buruk.
-
memberikan keteladanan yang
baik.
-
menasihati anak-anak jika
melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas
kejawaran.
-
menanamkan nilai-nilai
religi baik dengan mempelajari agama maupun
menerapkan ibadah dalam keluarga. [11]
2.
Kelompok Bermain
Dalam
kelompok bermain individu mempelajari norma nilai, cultural, peran dan semua persyaratan
lainnya yang dibutuhkan untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif didalam
kelompok permainannya. Kelompok bermain ikut menentukan dalam pembentukan
sikap untuk perilaku yang sesuai dengan
perilaku kelompoknya.[12]
Kelompok
bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan
kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi
dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para
remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya,
sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi
apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
3.
Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dibanding
dengan keluaraga, sekolah memiliki potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam
pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk
penguasaaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak itu tidak
menggantungakn hidupnya pada orang tua atau keluarga. Robert Dreeben
berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca,
menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas
(specifity). [13]
4.
Lingkungan kerja
Didalam
lingkungan kerja ini individu saling berinteraksi dan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan nilai norma yang ada didalamnya. Seseorang yang bekerja dilingkungan birokrasi akan berbeda
perilakuknya dengan orang yang bekerja diperusahan swasta. Seseorang yang
bekerja dan bergaul dengan teman-temanya didunia perguruan tinggi akan berbeda
dengan orang lain yang bekerja atau berprofesi didunia kemiliteran.[14]
Lingkungan kerja merupakan media
sosialisasi yang cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang.
1.
Lingkungan kerja dalam panti asuhan
Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2.
Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.[15]
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.[15]
5.
Media massa
Media masa
merupakan media sosialisasi yang kuat membentuk keyakinan-keyakinan baru atau
mempertahankan keyakinan yang ada, dan lingkupnya lebih luas dibanding media
sosialisasi yang lainnya. Melalui media masa dapat terjadi perubahan pola
kosumsi, bahkan gaya hidup warga masyarakat.
[16]
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid)
maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video) [17]. Besarnya pengaruh media
massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan.Contohnya:
- Adegan-adegan yang
berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran
susila di dalam masyarakat
- Penayangan
berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme
diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak
yang menonton.
3. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau
bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya[18]
2.
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kepribadian pada diri manusia dan masyarakat tidak terbawa dari
kelahiran sebagi bakat-bakat kodrati melainkan terbentuk dan dijadikan melalui
proses-proses sosialisasi. Proses
sosialisasi tidak akan mengabaikan soal-soal kepribadian.
a.
Proses Pembentukan Kepribadian
- Aliran Konvergensi, kepribadian
merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan
pengalaman (faktor eksternal).
- Aliran nativisme, kepribadian
ditentukan oleh faktor pembawaan.
- Aliran empirisme (tabularasa),
kepribadian ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya
Menurut Jung,
Kepribadian Menurut Fungsinya Ada 4 :
- Kepribadian rasional, yaitu
kepribadian yang dipengaruhi oleh akal pikiran sehat.
- Kepribadian intuitif, yaitu
kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
- Kepribadian emosional, kepribadian
yang dipengaruhi oleh perasaan.
- Kepribadian sensitif, kepribadian
yang dipengaruhi oleh panca indera sehingga cepat bereaksi
b.
Pengertian kepribadian
Seseorang tidak mempunyai lebih banyak kepribadian dari
yang lain, akan tetapi mempunyai kepribadian yang berbeda dari orang lain.
Definisi
Kepribadian
- Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dari
sistem psikofisis dalam diri individu yang menentukan keunikan penyesuaian
diri terhadap lingkungan.
- Koentjaraningrat, kepribadian adalah susunan
unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau
tindakan dari tiap-tiap individu.[19]
Kepribadian
adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecendrungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi ( Yinger, 1965).
Interaksi dengan serangkaian situasi menyatakan bahwa perilaku merupakan produk
gabungan/ bersama dari dari kecendrungan perilaku seseorang [20]. Kepribadian adalah
kecendrungan psikologik seseorang untuk melakukan tingakah pekerti sosial
tertentu, baik tingkah pekerti tertutup ( perasaan, Berpikir, bersikap) maupun
tingkah pekerti terbuka ( yang disebut perbuatan). Dengan kata lain kepribadian itu ialah
integrasi dari keseluruhan kecendrungan seseorang untuk berperasaan,
berkehendak, berfikir, bersikap, dan berbuat menurut pola tingkah pekerti
tertentu.
Gejala ini
tumbuh berangsur-angsur dalam masyarakat diakibatkan oleh proses sosialisasi
dan internalisasi.
c.
Peranan Kelompok Dalam Pembentukan Kepribadian
Seseorang tidak
akan bisa mengelakkan diri dari kekuasaan kelompok yang bergerak membentuk
kepribadiannya itu. Seorang anak manusia
tidak akan bisa ditempatkan diluar kelompok karena pada kodratnya dia tidak bisa hidup dan bertahan diluar
kelompok, sejak semula dia selalu tergantung pada orang lain atau kelompok
lain. Kenyataan lain yang penting
dicatat dan yang menjadi dasar pula mengapa kelompok mungkin menentukan
pembentukan kepribadian sesorang. Bahwa manusia (khususnya sistem sarafiahnya)
dan phsike manusia itu pada saat lahir adalah plastis dan fleksibel.
Plaktisitas dan fleksibelitas itu yang menyebabkan kenapa kelompok mungkin
membentuk, atau mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
d.
Dua Macam Proses Pembentukan Kepribadian
Dalam
rangka studi kepribadian, proses sosialisasi yang ternyata relevan bagi
pembentukan kepribadian, proses tersebut dapat dibedakan:
-
Proses sosialisasi yang
dikerjakan (tanpa sengaja) lewat proses interaksi sosial
Proses ini
terjadi ketika individu yang disosialisasi dan tersosialisasi mengerti apa yang
ditingkah pekertikan orang-orang disekitarnya di dalam interaksi-interaksi antar
mereka atau antar mereka dengan dirinya dan kemudian dengan menyaksikan tingkah
pekerti-tingkah pekerti di dalam interaksi-interaksi tersebut, si individu
menginternalisasikan pola-pola tingkah pekerti dan pola-pola interaksi itu
berikut norma-norma yang mendasari kedalam mentalnya.
-
Proses sosialisasi yang
dikerjakan (secara sengaja) lewat proses pendidikan dan pengajaran
Proses ini
terjadi apabila seorang individu ( yang disosialisasi) mengikuti pengajaran-pengajaran
dan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak pendidik yang mewakili
masyarakat, dengan tujuan disadari norma-norma serta nilai-nilai cultural lainnya bisa dipahami oleh
individu yang disosialisasi tersenbut. Dan bisa tertanam dengan baik di dalam
batinnya.
Dalam
proses pembentukan kepribadian peranan serta luas pengaruh proses interaksi
kelompok lebih memberikan efek yang relatif
lebih besar dalam proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian dibanding efek
proses pendidikan. Karena efek pendidikan dan pengajaran baru akan ada apabial individu
telah meningkat umurnya dan karena proses pengajaran dan pendidikan menggunakan
simbol-simbol arbitrair yang mana simbol ini hanya diketahui dan dikuasi oleh
orang yang telah meningkat umurnya.
e.
Terbentuknya Kepribadian
Norma-norma,
pola-pola tingkah pekerti, dan nilai-nilai cultural lainnya disosialisasikan
secara langsung lewat proses pendidikan dan pengajaran dengan menggunakan simbol-simbol
arbitrair ataupun tidak langsung
melalaui bentuk-bentuk interaksi kelompok kesemuanya diterima dan
diperhatikan oleh individu yang tengah terbentuk kepribadiannya, dan kemudian
diinternalisasikan kedalam mentalnya. Di dalam mental, segala norma dan pola
yang diinternalisasikan tidak berada dalam keadaan bercerai berai melainkan
lebih lanjut diorganisasi, dan menghasilkan apa yang disebut organisasi
kepribadian. Apabila organisasi kepribadian telah terbentuk maka bisa dikatakan
telah berkepribadian. [21]
f.
Faktor yang mempengaruhi
dalam perkembangan kepribadian:
1.
Warisan biologis dan
kepribadian
Warisan /
bawaan biologis menyediakan bahan mentah kepribadaian, dan bahan mentah ini
dapat dibentuk dengan dan dalam berbagai cara. Setiap manusia yang normal dan
sehat mempunyai persamaan biologis tertentu seperti tangan , mata, telinga, dan
lain-lain. Persamaan biologis menjelaskan beberapa persamaan dalam
kepribadian dan perilaku semua orang.
Dan warisan biologis ini bersifat unik, tidak seorang pun kecuali anak kembar yang mempunyai karakteristik
fisik yang sama. Ada yang beranggapan
bahwa pembentukan kepribadian bukan berasal dari keturunan tetapi dari
pengalaman, perbedaan individual dalam kemampuannya, prestasi, dan perilaku
hampir semuanya berhubungan dengan lingkungan, dan perbedaan individu dalam
warisan biologis tidak begitu penting (whimby,1975) untuk beberapa ciri.
2.
Lingkungan Fisik Dan
Kepribadian
Benar,
bahwa lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian, bangsa athabascans dapat
bertahan hidup dalam iklim yang lebih
dingin dibanding daerah arctic (boyer, 1974). Orang pedalaman Australia
harus berusaha mati-matian untuk hidup padahal bangsa Samoa hanya memerlukan
sedikit waktu setiap harinya untuk
mendapatkan lebih banyak makanan. Suku Ik (baca “eek”) dari Uganda sedang
mengalami kelaparan secara pelahan, karena hilangnya tanah tempat perburuan
tradisional, mereka menjadi orang yang paling tamak, paling rakus didunia,
tidak memiliki keramahan, tolong-menolong, tidak ,mempunyai rasa kasihan, malah
merebut makanan dari mulut anak mereka dalam berjuang untuk hidup. Dari contoh
diatas jelas bahwa lingkungan fisik mempengaruihi kepribadian dan perilaku,
namun lingkungan fisik bukanlah faktor yang paling penting dari faktor
kebudayaan, pengalaman kelompok, atau pengalaman unik.
3.
Kebudayaan dan kepribadian
4.
Pengalaman kelompok dan
kepribadian
5.
Pengalaman yang unik dan
kepribadian
Pengalaman
setiap orang adalah unik dan tidak ada seorang pun yang akan menyamai pengalaman
orang tertentu, demikian juga dengan serangkaian pengalaman hidup yang unik
tidak dapat benar-benar disamai oleh siapapun.
Pengalaman tidaklah sekedar bertambah tetapi menyatu.
Artinya pengaruh suatru pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. [22]
g.
Teori-Teori Perkembangan Kepribadian
1. Cerminan diri (cooley)
Ada tiga
langkah dalam proses pembentukan cermin diri yaitu:
-
Persepsi kita bagaimana kita
memandang orang lain
-
Persepsi kita tentang
penilaian mereka mengenai bagaimana kita memandang
-
Perasaan kita terhadap
penilaian-penilaian ini.
2. Konsep Generalisasi orang
lain (mead)
Generalisasi
orang lain ini terdiri dari harapan-harapan yang diyakini seseorang diharapkan
oleh orang lain daripadanya. Kesadaran akan generalisasi orang lain berkembang
melalui peroses pengambilan peran dan permaianan peran. Pengambilan peran
adalah suatu usaha untuk memaminkan perilau yang diharapkan dari seorang yang
benar-benar memegang peranan yang diambilnya. Permainan peran merupakan
pemeranan perilaku suatu peran yang betul-betul dipegang oleh sesorang
3. Diri anti sosial (freud)
Freud
menilai diri dan masyarakat adalah dalam konflik yang mendasar yang tidak
selaras. Ia melihat diri itu sebagai
produk dari cara-cara masyarakat memandang dalam menahan motif dan dorongan
manusai yang mendasar. Porsi rasional
dari motif manusia hanya seperti yang terlihat akan tetapi motif yang kebih luas
tersimpan dalam kekuatan-kekuatan yang tidak disadari dan tidak tampak yang dengan kuat
mempengaruihi perilaku manusia. ia membagi diri itu membagui tiga yaitu: id,
ego, dan super ego.
4. Delapan tahapan kehidupan (erikson)
Ia
menjelaskan melalui 8 tahap yang disebut
krisis identitas. Ini merupakan titik balik dalam perkembangan ketika seseorang
harus masuk kedalam satu dari dua arah yang umum. Yang pertama masa bayi, ketika
bayi belajar rasa percaya atau tidak percaya, kedua masa kanak-kanak, awal
otonomi versus rasa bimbang dan malu, ketiga, mulai mengembangkan pengertian
moralnya, tahapan keempat, akan meluas
mempelajarai keterampilan teknis, rasa percaya diri. Dalam tahapan kelima
remaja mulai mengembangkan rasa identitas pribadi melalui interaksi dengan
orang lain. Dalam tahapan keenam, kasih sayang yang awet dengan lawan jenis
dalam usia setengah baya, tahapan ketujuh seseorang mengembang sesuatu pada
keluarga dan masyarakat, dan tahapan
terakhir seseorang menghadapi masa akhir hidup baik secara terhormat atau putus
asa. Untuk setiap tahap kebijakan mendasar yang menyertainya yang berkembang
dengan berlalunya krisis itu dengan berhasil.
5. Perkembangan belajar(piaget)
Belajar
dari suatu tahap adalah perlu unutk melangkah ketahap berikutnya. Sama seperti
anak-anak harus belajar berjalan dulu baru berlari.[23]
h.
Organisasi Kepribadian
Kepribadian
seseorang akan berkembang apabila ada pengayaan organisasi kepribadian lewat proses-proses
sosialisasi dan internalisasi norma-norma.
i.
Aneka Ragam Kepribadian Kelompok Sosial
Karena
pengalaman sosialisasi baik itu yang terjadi lewat pengalaman-pengalaman
interaksi interaksi sosial maupun terjadi lewat pengajaran-pengajaran formal yang
dialami masing-masing warga kelompok itu tidak mungkin menyeluruh sama. Maka
kepribadian yang tumbuh pada masing-masing warga kelompok itu pun tidak akan
mungkin sepenuhnya sama. Keragaman kepribadian antara warga kelompok ini
lebih-lebih akan tampak nyata di dalam masyarakat modern yang bersifat
heterogen. Kultur masyarakat modern lebih banyak mengandung norma-norma alternativ dan norma-norma khusus
daripada mengandung norma-norma universal yang oleh karenanya mengakibatkan
keragaman pada warga masyarakat. Pada masyarakat primitiv juga terjadi ragam
kepribadian yang berbeda-beda karena isi materi sosialisasi dan ajaran sosialisasi
yang berbeda-beda karena jumlah alternativ dan spesialisasi sukup banyak.
j.
Keragaman Kepribadian Bangsa
Studi-studi
antropologi menunjukkan dengan jelas bagaimana besar perbedaan dan keragaman
kultur antar suku dan antar bangsa. Perbedaan dan keraguan itu bahkan mengenai
norma-norma universalnya, dan juga pada tema (konfigurasi) kulturalnya sekali.
Melalui isi ajaran yang disosialisasikan yang ternyata berbeda-berbeda itu
kepribadian-kepribadian yang terbentuk pada berbagai bangsa itupun akan menjadi
berbeda-beda dan beragam pula.
k.
Perubahan Kultur Dan Perubahan Kepribadian
Kepribadian
itu sebenarnya adalah produk kultur dan dapat disimpulkan bahwa terjadinya
perubahan-perubahan kultur akan menimbulkan perubahan-perubahan kepribadian
pula. Ada juga yang menyatakan kalau ingin merubah kepribadian suatu kelompok
masyarakat (suatu bangsa) maka kita harus dulu merubah kultur, yakni norma-norma
masyarakat yang akan disosialisasikan. Dan sebaliknya untuk mempertahankan
kepribadian kita harus mencegah terjadinya perubahan kultur. [24]
KEPUSTAKAAN
Bagong Suryanto,Dwi Narmoko.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan
terapan. Jakarata.Kencana
Chester
L.Hunt, Paul B. Horton.1984.Sosiologi.Jakarta.Erlangga
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
http://ikhsanu.blogspot.com/2009/10/sosialisasi-sebagai-proses-pembentukan.html
http://www.e-dukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=18
Kartono,
Kartini.2005.Patologi Sosial. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada
Manheim, Karl.1987.Sosiologi
Sistematis.Jakarta.PT.Bina
Aksara
[1] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.74
[3] http://www.e-dukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=18
[4]
Dr.Kartini Kartono.2005.Patologi Sosial. (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada).Hal.34
[5] Karl Manheim.1987.Sosiologi Sistematis.(Jakarta:PT.Bina Aksara).Hal.86
[6] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.76
[7] J.Dwi Narmoko-Bagong
Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan (Jakarata:Kencana).Hal.79
[8] http://www.e-dukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=18
[9] http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
[10] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.93
[12] J.Dwi Narmoko-Bagong
Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan (Jakarata:Kencana).Hal.94
[13] http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
[14] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.95
[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
[16] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.96
[18] http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
[19] http://www.e-dukasi.net/karyaanda/viewkarya.php?kid=18
[20] Paul B. Horton, Chester L.Hunt.
1984.Sosiologi.Erlangga. Jakarta .hal.90
[21] J.Dwi Narmoko-Bagong
Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan (Jakarata:Kencana).Hal.88
[22] Paul B. Horton, Chester L.Hunt.
1984.Sosiologi.Erlangga. Jakarta .hal.104
[23] Paul B. Horton, Chester L.Hunt.
1984.Sosiologi.Erlangga. Jakarta .hal. 113
[24] J.Dwi Narmoko-Bagong Suryanto.2007.Sosiologi Teks Pengantar dan terapan
(Jakarata:Kencana).Hal.91
terima kasih sudah meletakkan link blog ikhsanudin
BalasHapusalhamdulillah terimakasih kembali
BalasHapussebagai sebuah penghargaan dalam membuat karya tulis yang juga bersumber dari orang lain itu harus dilakukan.....thanks