PEMBERIAN
SUARA DAN TINDAKAN PEMBERIAN SUARA
A.
PEMBERIAN
SUARA
Dalam
studi pemberian suara kita dapat menurunkan empat cara alternatif dalam
memikirkan bagaimana pemberi suara bertindak. Perspektif ini membantu kita dalam
merumuskan pandangan tentang pemberian suara sebagai tindakan komunikasi.
Keempat cara alternatif tersebut yaitu:
1)
Pemberi
Suara Yang Rasional
Pemberi
suara yang rasional adalah pemberi suara berdasarkan aksi atau tindakan dari
diri sendiri dalam menentukan pilihan, orang-orang yang rasional dalam
memberikan suara memiliki ciri-ciri: selalu dapat
mengambil keputusan bila
dihadapkan pada alternatif, memilih alternatif-alternatif sehingga
masing-masing apakah lebih disukai, sama saja atau lebih rendah bila
dibandingkan dengan alternatif yang lain, menyusun alternatif-alternatif dengan
cara transitif: jika A disukai dari pada B, dan B lebih disukai dari pada C,
maka A lebih disukai dari pada C, selalu memilih alternatif yang peringkat
preferensinya lebih tinggi, dan selalu mengambil putusan yang sama bila
dihadapkan pada alternatif-alternatif yang sama. Pemberi suara yang rasional
selalu dimotivasi untuk bertindak jika dihadapkan pada pilihan politik,
berminat secara aktif terhadap politik sehingga memperoleh informasi cukup dan
berpengetahuan tentang berbagai alternatif, berdiskusi tentang politik sebagai
cara untuk mencapai suatu peringkat alternative, dan bertindak berdasarkan
prinsip. Bukan secara kebetulan atau serampangan, atau kebiasaan melainkan
berkenaan dengan standar yang tidak hanya untuk kepentingan diri pribadi tetapi
menyangkut kepentingan orang lain atau umum. Dengan demikian pemberi suara yang
rasional yang bermotifasi diri, terinformasi, dan berprinsip itu bertindak
secara konsisten dalam menghadapi tekanan dan kekuatan politik.
2)
Pemberi
Suara Yang Reaktif
Gambaran
tentang pemberi suara yang reaktif seperti yang diterangkan bahwa manusia
bereaksi terhadap rangsangan dengan cara pasif dan terkondisi. Dalam kampanye
politik, kandidat dan partai menyajikan syarat yang menggerakkan para pemilih
dengan memicu faktor-faktor jangka panjang yang menetapkan arah perilaku dalam
memberikan suara. Para peneliti mengumpulkan banyak sekali data yang
mengesahkan tentang atribut sosial dan demografi yang berkolerasi dan demografi
yang berkorelasi dengan keputusan dalam memberikan suara, ukuran kelas dan
demografi yang berkorelasi dengan keputusan dalam memberikan suara. Ukuran
kelas sosial termasuk pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan atribut usia,
jenis kelamin, ras, agama, wilayah tempat tinggal, dan sebagainya.
Sebagai
contoh pandangan bahwa pemberi suara bereaksi terhadap pemilihan umum
berdasarkan faktor-faktor sosial dan demografi jangka panjang, indeks ini terdiri
atas seperangkat kategori sosio-demografi-agama, status sosio-ekonomi, dan
tenpat tinggal diperkotaan-pedalaman-yang membantu para peneliti dalam
menerangkan pemberian suara. Bergantung pada posisi seseorang pada indeks itu,
kita bisa mengatakan arah mana yang akan diambil oleh orang itu dalam
memberikan suara sebagai contoh di Amerika partai demokrat jika ia katolik,
status rendah, dan penghuni perkotaan, partai republik jika ia protestan,
status tinggi, dan penghuni pedesaan. Jika para pemberi suara memiliki
karakteristik yang membuat mereka cenderung kesatu arah, tapi karakteristik
lain yang lain membuat mereka cenderung kearah yang berlawanan (misalnya
protestan, penghuni kota, pekerja kasar, maka “tekanan silang” ini menyebabkan
mereka terombang ambing dan tidak menentu.
Studi
tentang pemberi suara pada tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an beralih dari
tekanan pada korelasi demografi kepada pandangan sikap bahwa dalam kerja sama
yang erat dengan atribut, membuat para pemberi suara cenderung berperilaku
dengan cara tertentu. “variable penengah” mentalistik (sikap, prediposisi,
identifikasi, kesetiaan, dan sebagainya). Berfungsi sebagai konstruk perantara
dalam urutan penyebab-akibat yang menggambarkan pemberi suara sebagi jelas
pasif dan mekanistik.
Sifat-sifat
fisik
Dan sosial
(atribut)
|
Gerakan
Pasif
(memberikan
suara)
|
Konstruk
Mentalistik
(sikap)
|
Diantara
konstruk-konstruk yang menghubungkan pengaruh sosial dengan pemberian suara,
yang paling penting bagi pemberi suara yang reaktif ialah ikatan emosional
kepada partai politik. Ikatan emosional pada partai sebagai :identifikasi
partai” yakni sumber utama aksi diri pemberi suara yang reaktif. Sekedar
mengasosiasikan lambang partai dengan nama kandidat mendorong mereka yang
mengidentifikasi diri dengan partai untuk mengembangkan citra yang lebih
menguntungkan tentang catatan dan pengalamannya, kemampuannya, dan atribut personalnya. Oleh karena itu,
identifikasi dengan partai meningkatkan tabir perseptual. Melalui tabir itu
individu melihat apa yang menguntungkan
bagi orientasi kepartaiannya, semakin kuat ikatan parati itu semakin
dibesar-besarkan proses seleksi dan distorsi persepsi.
Focus
pada hubungan atribut, sikap sebagai penyebab utama memberikan suara
membangkitkan skeptisisme bahwa kapasitas komunikasi politik dalam kampanye
memilki akibat memicu yang lebih dari minimal. Kesetian kepada partai, misalnya
hanya sedikit sekali berkaitan dengan perhatian para pemilih terhadap isu atau
masalah kebijakan. Kesetian partai diturunkan dari ikatan emosional terhadap
lambang yang diperoleh pada masa awal proses sosialisasi.
Dimulai
pada pertengahan tahun 1960-an, semakin banyak sarjana yang merasa ragu atas
gambaran pemberi suara yang reaktif dari pemilih, presisi seperti ketika studi
tentang pemberi suara yang menimbulkan model reaktif menghadapi gambaran
tentang pemberi suara yang rasional. Yang jelas, hasil sejumlah besar pemilihan
kepresidenan menyimpang dari apa yang diharapkan oleh para peneliti berdasarkan
anggapan bahwa rakyat memberikan suara terutama berdasarkan atribut sosial atau
kesetiaan terhadap partai yang kekal.
Petunjuk
lainnya bahwa atribut yang tetap tidak
selalu mempengaruhi arah pemberian suara partisan ialah fakta bahwa sebenarnya
seluruh kategori sosial dan demografi mengalihkan dukungannya diantara
partai-partai dalam pemilihan umum yang satu kepemilihan umum yang lainnya.
Survey menunjukkan bahwa perhatian rakyat meningkat, baik terhadap isu maupun terhadap
kebijakan , dan sering menempatkan diri mereka di belakang barisan kandidat
berdasarkan persepsi mereka tentang posisi isu dan mutu pribadi kandidat tersebut.
3)
Pemberi
Suara Responsif
Ilmuwan
politik Gerald pomper membuat gambaran tentang pemberi suara yang responsiv.
Apabila karakter pemberi suara yang reaktif ( yang oleh pomper disebut pemberi
suara yang “dependen”) itu tetap stabil, dan kekal maka pemberi suara yang
responsiv adalah pemberi suara yang memiliki karakter impermanen, berubah
mengikuti waktu, peristiwa politik, dan pengaruh yang berubah-ubah terhadap
pilihan para pemberi suara. Ada beberapa perbedaan antara pemberi suara yang
reaktif dengan pemberi suara yang responsiv , yaitu:
-
Meskipun pemberi suara yang responsive
dipengaruhi oleh karakteristik sosial demografis mereka, pengaruh yang pada
hakikatnya merupakan atribut yang permanen ini tidak deterministik.
-
Pemberi suara yang responsiv juga memiliki
kesetiaan kepada partai, tetapi ini juga
lagi-lagi tidak menentukan perilaku pemilihan. Sebenarnya, ikatan kepada
partai itu lebih rasional ketimbang emosional. Sebab dengan mengasosiasikan
partai dengan isu, pemberi suara yang responsiv secara rasional mengurangi
biaya partisipasi pribadinya ( yaitu, pemberi suara itu menggunakan partai
sebagai jalan pintas untuk mengumpulkan informasi tentang isu) dan secara
efektif mengungkapkan kepentingan personal. Apabila pemberi suara yang reaktif
mengidentifikasikan dirinya dengan partai sebagai pengganti untuk melakukan pertimbangan yang independen, maka
identifikasi partai pada pemberi suara yang responsiv membantunya dalam tugas
membuat pilihan
-
Pemberi suara yang responsiv lebih
dipengaruhi oleh faktor-faktor jangka pendek yang penting dalam pemilihan umum.
gambaran pemberi suara yang responsif bukanlah gambaran tentang pemilih yang
dibelenggu oleh determinan sosial atau digerakkan oleh dorongan bawah sadar
yang dipicu oleh propagandis yang luar biasa terampilnya. ia lebih merupakan
gambaran tentang pemilih yeng digerakkan oleh perhatiannya terhadap masalah
pokok dan relevan tentang kebijakan umum, tentang prestasi pemerintah dan
tentang kapribadian eksekutif.
Bagian
yang dominan dari gambaran pomper tentang wajah pemberi suara yang responsif
terdiri atas pilihan yang dapat dipilih oleh pemilih dalam setiap kampanye
tertentu. Variasi dalam rangsangan yang diberikan oleh kepemimpinan politik,
partai, dan kandidat sangat penting dalam pandangan pemberi suara karena
tanggapan rakyat akan sangat dikondisikan oleh rangsangan ini.
Jika
potret pemberi suara yang reaktif mengandalkan sifat aksional diri untuk
menerangkan perilaku dalam pemilihan umum ( determinan sosial, demografi, dan
partisipan dalam putusan pemberi suara) potret pemberi suara yang responsif
berfokus pada sifat-sifat interaksional, yaitu pemberi suara dan pilihan kampanye
dipandang sebagai bagian-bagian yang independen dari mesin yang bekerja di
dalam gesekan yang sangat banyak.
4)
Pemberi
Suara Yang Aktif
Kita
kembali mengingat bahwa manusia bertindak terhadap objek berdasarkan makna
objek itu bagi mereka. Manusia harus dipandang sebagai organisme yang harus
berurusan dengan apa yang dilhatnya. Ia menghadapi apa yang dilihatnya dengan
melakukan proses indikasi diri yang di dalamnya ia membuat suatu objek dari
yang dilihatnya, memberinya makna dan menggunakan makna itu untuk sebagai dasar
untuk mengarahkan tindakannya. Perilakunya terhadap apa yang dilihatnya bukanlah
tanggapan yang ditimbul oleh penyajian apa yang dilihatnya, melainkan merupakan
tindakan yang timbul dari interpretasi yang dibuat melalui proses indikasi
diri. Dalam pengertian ini manusia yang melakukan interaksi diri bukan sekedar
organisme yang menanggapi, melainkan organisme yang bertindak, organisme yang
harus membentuk arah tindakan berdasarkan apa yang diperhitungkannya, bukan
hanya melepaskan tanggapan terhadap permaianan suatu faktor pada organisasinya.
Rangsangan
kampanye politik membangkitkan tanggapan tidak dapat dianggap seragam dalam pikiran
setiap orang. Ada yang memperhatikan kampanye dengan cermat, barangkali
terlibat secara aktif, yang lainnya hanya melirik sedikit dan banyak yang sama sekali tidak mengindahkannya.
Bila
dipandang seperti ini, maka rangsangan atau pilihan yang diberikan kepada para
pemberi suara dalam kampanye politik tidak lagi tetap atau terbagi merata keseluruh
pemilih ketimbang atribut sosial dan kecenderungan pemilih. Akan tetapi, isi
komunikasi kampanye bervariasi dalam penyajian oleh media.
Keterlibatan
aktif mencakup orang yang menginterpretasikan peristiwa, isu, partai, dan
personalitas, dengan demikian menetapkan dan menyususn maupun menerima serangkaian
pilihan yang diberikan. Para pemberi suara memutuskan citra tentang apa yang
diperhitungkan oleh mereka, citra yang sangat bervariasi, dan secara terus
menerus. Dengan demikian tindakan pemberian suara adalah tindakan komunikasi.
B.
TINDAKAN
PEMBERIAN SUARA
Banyak
pertimbangan yang diperhitungkan kedalam proses yang digunakan oleh pemberi
suara untuk menetapkan putusan mereka. Tiga diantaranya sangat signifikan dalam
membentuk latar belakang pemberi suara
mempersepsi komunikasi tentang isu dan kandidat yang diterima selama kampanye
yaitu terdisi atas: atribut, perspektif, dan persepsi pemberi suara.
1)
Atribut
Pemberi Suara: karakteristik sosial dan demografi
Banyak
diantara penelitian terdahulu tentang pemberi suara, membedakan atribut sosial
dan demografi dari pemberi suara partisan dan independen. Studi menunjukkan
pada pertengahan tahu 1960-an menyingkapakan bahwa golongan independen
kebanyakan terdiri atas orang-orang yang berpusat kearah jenjang pendapatan,
pekerjaan, dan pendidikan yang paling rendah, dan paling kecil kemungkinannya
berpartisipasi dalam politik apapun.
Sedangkan penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya
terdapat pendapat independen. Yang pertama terdiri atas nonpartisipan dalam
kategori status sosio-ekonomi rendah, dan yang kedua terdiri atas orang-orang
yang berpendidikan di atas sekolah menengah, dalam kelompok pendapatan
menengah, dan dengan pekerjaan administrasi.
Sedangkan
De Vries dan Tarrance membedakan dari independen yang lama dan baru, ini satu golongan lagi, yaitu “kekuatan
yang baru” dalam politik Amerika. Kekuatan ini adalah pemberi suara yang
mengaku bahwa dalam pemilihan umum mereka memberikan suara kepada kandidat
lebih dari satu partai, bukan langsung kepada satu partai.
Dalam
beberapa pemilihan kepresidenan terakhir terdapat peningkatan kecendrungan pada
pemberi suara untuk melihat perbedaan diantara kedua partai dan kandidat
terhadap isu pemilihan. Oleh karena itu pandangan Axelrod yangmengatakan bahwa
kelompok pemberi suara di dalam masyarakat mengalihkan dukungan mereka dari
satu partai keparatai yang lain atau dari satu kandidat kekandidat yang lain,
kebanyakan sebagai tanggapan terhadap trend nasional bukan karena alasan yang
menyangkut kelompok tertentu. Tetapi yang berspesialisasi memang melihat
perbedaan diantara partai politik utama mengenai isu yang penting bagi mereka.
Jadi, misalnya golongan itu melihat perbedaan kepartaian terhadap isu jaminan
sosial dan perawatan kesehatan, pengusaha melihat perbedaan dalam ukuran ekonomi,
golongan kulit hitam mengamati perbedaan dalam isu hak sipil dan kesempatan
kerja, dan sebagainya. Bila isu itu menonjol bagi orang dengan atribut sosial
tertentu, maka isu yang bersangkutanlah, bukan karena trend nasional, yang
menerangkan tanggapan anggota kelompok sosial terhadap partai dan kandidat yang
bersaingan. Dalam hal seperti itu, atribut sosial dan demografi seseorang
menerangkan perspektif pemberi suara.
2)
Perspektif
Pemberi Suara: mengembangkan citra politik
Orang
belajar mengidentifikasikan diri dengan lambang-lambang signifikan melalui
pembicaraan politik, persuasi, sosialisasi, dan pembentukan opini. Orang yang
memasuki kampanye politik, misalnya membawa berbagai titik pandang yang terikat
erat kepada citra diri politik mereka, mereka tidak hanya melihat segala
sesuatu terjadi ( citra diri jangka pendek, persepsi terhadap objek-objek
politik ). Mereka mengamatinya dari titik pandang individual (citra diri
politik jangka panjang, atau perspektif mereka). Diantara pokok-pokok yang menguntungkan
yang dibawa oleh pemberi suara yang berkembang, yaitu diteliti lima pokok:
identifikasi partisan, kelas sosial, kecendrungan ideologis, konsepsi tentang
sifat-sifat yang diharapkan pada pemegang jabatan yang ideal, dan kekhawatiran
pribadi
3)
Persepsi
pemberi suara: citra politik yang khas kampanye.
Para
pemberi suara secara selektif
mempersepsi partai partai, kandidat, isu, dan peristiwa, dalam kampanye, memberi makna kepada mereka,
dan berdasarkan itu menentukan pemberian
suara. Melalui proses interpretativ, mereka tidak hanya memperhitungkan atribut
dan perkembangan mereka, yaitu citra jangka panjang, tetapi jiuga menyusun
citra jangka pendek tentang objek kampanye.
2.
KOMUNIKASI
POLITIK DAN CITRA PEMBERI SUARA
A.
Munculnya
Proses Komunikasi Kampanye
Jika
diketahui kenyataan bahwa selama pemilihan untuk presiden, anggota kongres,
gubernur, legistlasi Negara bagian, dan banyak jabatan yang lebih terendah
sebagai warga Negara hampir tidak mungkin melindungi diri mereka sendiri dari
imbauan para kandidat atau yang berkampanye merupakan faktor utama dalam
membantu para pemeberi suara dalam mencapai pemilihan umum.
Bila
masing-masing diantara banyak produk makanan mempunyai sifat khusus sendiri
untuk membedakannya dengan pesaingnya, begitu juga para kandidat politik.
Berdasarkan
kesetian sosial dan kesetiaan pada partai, orang secara selektif memantau
komunikasi kampanye, membaca, mendengarkan, dan menonton apa yang mendukung pendirian
mereka dan menghindari pesan-pesan yang tidak mendukungnya.
Terpaan
komuniaksi membawa serta akibat otomatis sehingga bila pemberi suara dapat
diterpa imbauan berkali-kali sampai jumlahnya cukup banyak, mereka akan
bereaksi kearah yang dimaksudkan.
Tiga
kemungkinan akibat komunikasi terhadap pemberian suara memperkuat keputusan
partisan yang telah dibuat, mengaktifkan warga Negara yang acuh tak acuh kalau tidak
diaktifkan, dan mengubah orang yang ragu-ragu, menurut taksiran, kurang dari dua
diantara sepuluh pemberi suara mengalami perubahan kampenye seperti itru
B.
Fungsi
Komunikasi Kampanye Sebagai Katalisator
Katalisatior
adalah sesuatu yang mempercepat, memodifikasi, dan sering meningkatkan proses
tau peristiwa tanpa ia sendiri menjadi habis terpakai hal ini tentulah
merupakan salah satu cara untuk memikirkan apa yang dilakukan oleh komunikasi
politik dalam kampnye pemilihan umum.
Terhadap
katalisator inilah, yakni komunikasi kampanye, para pemberi suara bertindak
dalam merumuskan kepercayaan, nilai, dan pengharapan mereka terhadap objek
kampanye. Maka, jika dirangkumkan, komunikasi kampanye adalah katalisator
dengan konsekuensi kognitif, afektif, dan konatif.
1)
Akibat
Kognitif
Sejauh
mereka meneliti apa akaibat kampanye pada pemberi suara, studi pemberian suara
generasi pertama dan kaedua. 1. Akibat terpaan media dan 2. Mengikuti prosedur
sederhana untuk mengidentifikasi pengaruh yang dimaksudkan dari pesan tertentu,
orang yang dimaksudkan dipengaruhi oleh pesan itu, dan akibat pengaruh tersebut
pada khlayak yang dimaksudkan. Prosedur ini analog dengan menembakkan artileri
medan: peluru ( pesan media) mengenai sasaran (khlayak dengan dampak (akibat) yang dapat diukur)
2)
Tangggapan
Afektif
Perhatikan
bahwa swicthers dan yang lambat mengambil putusan menggunakan televisi untuk
mendapatkan informasi selama pemilihan umum mengesankan bahwa komunikasi
politik mempengaruhi penilaian pemberi suara maupun tingkat pengetahuan mereka tentang
isu dan kandidat. Apakah televise menyajikan bahan mentah kepada pemberi suara,
yang menyebabkan berubahnya citra mereka tentang kandidat, hal itu sebagian
besar bergantung pada jenis ini televise yang ditonton oleh pemberi suara dan
bagaimana mereka memanfaatkannya.
Perubahan
dalam orientasi afektif terhadap kandidat pada pemberi suara yang diterpa
bentuk lain komunikasi kampanye sangat bervariasi.
3)
Konsekuensi
Konatif
Media
politik memainkan peran yang lebih besar dalam membantu pemberi suara dalam
menyusun pilihannya, bahkan barangkali membelot dari kebiasaan memberikan
suara.
KEPUSTAKAAN
Nimmo,
Dan.2000.Komunikasi Politik Khalayak dan Efek.Bandung: PT.Remaja Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar