Minggu, 20 Mei 2012

MAHASISWA DALAM POLITIK INDONESIA


1.            Gerakan politik mahasiswa
Dalam lintasan sejarahnya, gerakan mahasiswa senantiasa memiliki karakter gerakan yang sama yakni idealis (normatif), murni dan tanpa pamrih, (sekedar) pendobrak, penentu momentum perubahan, simbol perlawanan dan didukung rakyat. Mahasiswa terpanggil karena rasa tanggung jawab moral mereka akan masa depan bangsanya.[1]
Dikatakan idealis karena apa yang disuarakan mahasiswa adalah nilai kebenaran yang universal berupa nilai moral yang diakui bersama kebaikannya oleh seluruh masyarakat, seperti anti tirani, demokratisasi, berantas KKN dan lain-lain. Berbeda dengan partai politik yang sarat dengan kepentingan politik praktis
seperti merebut kursi, mengincar jabatan menteri dan menggulingkan pemerintahan, gerakan mahasiswa murni dari kepentingan-kepentingan tersebut.
Faktor idealisme  yang merupakan pendorong bagi kegiatan politik mahsiswa pada umumnya, mungkin akan memberikan jawaban yang bermakna untuk diperhatikan. Selama diuniversitas, mahasiswa banyak mengamati masyarakat melalui mata kuliah, penelitian, dan praktek di dalam masyarakat. Begitu pula mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kenegaraan, pemerintahan, serta seluk beluk pengaturannya. Dengan demikian mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengukur apa yang dialami oleh masyarakat, dengan apa yang diharapkannya dari pemerintah
Faktor eksistensi generasi muda sering di kaitkan kepada perubahan sosial, generasi muda memegang posisi strategis dalam perkembangan suatu bangsa karena potensi kuantitatif dan potensi kualitatif yang dimilikinya. Potensi kuantitatif karena merupakan segmen besar dari masyarakat. Potensi kualitatif karena dikaitkan dengan kepemilikkan akan idealis tentang kebenaran dan masa depan bangsa.[2]
Gencarnya seruan-seruan mahasiswa ini semakin lama semakin lantang terdengar dan muncullah sipati rakyat dengan bentuk dukungan (moral dan material) serta keterlibatan elemen-elemen masyarakat. Gerakan perlawanan yang disimbolkan oleh aksi-aksi mahasiswa ini kemudian memuncak dan terciptalah momentum perubahan itu dengan bentuk people power, reformasi, revolusi atau penggulingan rezim.
Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu Bangsa. Pada konteks Indonesia, pengalaman empirik juga membenarkan sekaligus mempertegas realitas tersebut. Catatan terkini memperlihatkan bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan fungsi sebagai Intellectual Organic, mahasiswa telah berhasil meruntuhkan kepemimpinan soekarno, memporak-porandakan rezim Orde Baru dan menghantarkan Indonesia kedalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni: “Orde Reformasi“.
Jika mahasiswa berpolitik diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka mahasiswa dapat berpolitik dalam dua pengertian, yakni :
A.                      Berpolitik  dalam arti konsep (Concept). Disini mahasiswa secara individual maupun kelompok, harus mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau interpretasi mengenai apa yang menjadi kehendak dari mayoritas rakyat.
B.                      Berpolitik  dalam arti kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa sebagai kelompok harus menjadi Pressure Groups yang memperjuangkan aspirasi rakyat, dengan cara mempengaruhi orang-orang yang memegang kebijakan ataupun yang menjalankan kekuasaan.
Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka mahasiswa dituntut untuk benar-benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu teratur dan sistematik. Sedangkan apabila mahasiswa berpolitik dalam arti kebijakan (Belied), maka mahasiswa harus betul-betul mengetahui posisi individu dalam kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam kehidupan ber-Negara, posisi Negara dalam menjalin relasi dengan warganya, konstelasi politik terkini dan menguasai manajemen aksi. Pada tataran ideal, mahasiswa seharusnya berpolitik dalam arti konsep (Concept) maupun dalam arti kebijakan (Belied) secara bersamaan. Ini berarti, mahasiswa harus berpolitik sebagai politisi ekstra perlementer.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia.
Apabila nilai-nilai dasar yang seharusnya layak diperkembangkan di dalam masyarakat, seperti kebebasan mengemukakan pendapat, berkumpul dan kehidupan, sudah tertekan dan menyuentuh rasa idealisme mahsiswa; maka mahsiswa merasa terajak untuk melakukan aktifitas politik. Perhatikanlah misalnya pada ujung kekuasaan presiden soekarno di dalam system politik demokrasi terpimpin. Secara utuh mahasiswa mahsiswa bergerak di bawah naungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang dibentuk pada tanggal 25 oktober 1965. Pada awal  sistem politik demokrasi terpimpin yang dipegang oleh soekarno, kepercayaan atasnya sangat tinggi.Walaupun terjadi ketidak percayaan daerah terhadap kepemimpinan  presiden soekarno  di dalam tahun 1959 yang tercetus oleh masyarakat, namunh PKI dan PNI dan angakatn bersenjata sebagai kekuatan politik utama yang dipergunakan oleh soekarno untuk mendasari system politik demokrasi terpimpin, dan mereka tidak merestui ketidak puasan daerah tersebut. Tetapi setelah keadan ekonomi merosot, dan PKI sudah mempunyai pengaruh yang sudah menimbulkan kekhawatiran bagi kekuatan-kekuatan politik yang lainnya, maka kepercayaan terhadap sisitem politik itu sendiri mulai menurun. Dan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan soekarno sendiri sampai pada puncaknyapada waktu dia tidak mampu lagi  mengendalikan situasi disekitar bulan oktober 1965. Keadaan ekonomi yang kacau, inefisiensi pemerintahan, bersama dengan pemberontakan PKI dan sikap presiden Soekarno yang tidak tegas menyebabkan ketidak puasan meluas di kalangan masyarakat.  Ketidakpuasan tersebut disalurkan lewat aksi mahasiswa massal yang dimotori oleh KAMI yang non atau anti terhadap komunis, Aksi tersebut menyampaikan tuntutan rakyat, yaitu: bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur PKI, turunkan harga barang.[3]
Pada waktu itu mahasiswa muncul menyampaikan hatinurani masyarakat melalui kegiatan politik yang banyak mempergunakan kegiatan phisik berupa demonstrasi. Dengan kata lain , mahsiswa terjun kedunia politik jika terdapat situasi anomi yang kuat didalam masyarakat.
Sejarah menunjukkan bahwa selain aktivitas gerakan yang berupa tuntutan-tuntutan terhadap persoalan internal sebuah perguruan tinggi, gerakan mahasiswa juga mampu menemukan momentum-momentum besar yang menyebabkan keterlibatannya dalam perubahan politik nasional menjadi sangat penting, dapat kita lihat sejak awal lahir dan Keberadaan mahasiswa di tanah air, terutama sejak awal abad ke dua puluh, dilihat tidak saja dari segi eksistensi mereka sebagai sebuah kelas sosial terpelajar yang akan mengisi peran-peran strategis dalam masyarakat. Tetapi, lebih dari itu mereka telah terlibat aktif dalam gerakan perubahan jauh sebelum Indonesia merdeka. Sebagai anak bangsa yang secara sosial mendapat kesempatan lebih dibandingkan dengan saudaranya yang lain, mahasiswa kemudian menjadi penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan sosial politik di tanah air pada masanya. Aktivitas mahasiswa yang merambah wilayah yang lebih luas dari sekedar belajar di perguruan tinggi inilah yang kemudian populer dengan sebutan gerakan mahasiswa
untuk secara aktif dan partisipatif berperan serta dalam proses perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu, sebuah gerakan yang dibangun juga akan meningkatkan daya kritis mahasiswa secara keseluruhan dalam melihat berbagai persoalan yang tengah dihadapi masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun internasional.gerakan mahasiswa dalam setiap kurun sejarah selalu mampu menempatkan dirinya menjadi aktor utama yang berada di garda depan perubahan.
Gerakan politik yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses perubahan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua kondisi, yakni:        
  1. Kondisi subyektif, berupa hal-hal yang berkaitan dengan faktor internal mahasiswa seperti latar belakang sosial, ideologi dan idealisme yang terbangun.kedua,
  2. Kondisi  obyektif, adalah tatanan sosial, politik dan ekonomi yang melingkupi proses gerakan. Umumnya, peran strategis mahasiswa akan menguat tatkala kedua kondisi ini secara signifikan dapat mendukung terjadinya momentum-momentum perubahan sosial dan politik Negara indonesia.
Untuk melihat gerakan mahasiswa, maka kita perlu menelaah secara historis. Secara umum, pendidikan formal di Indonesia muncul atas desakan dari kaum sosialis, humanis, dan reformis liberal di Belanda. Mereka memperkenalkan apa yang disebut sebagai Politik Etis (Etische Politiek) kepada penduduk jajahan.
Dalam politik etis yang dipopulerkan oleh Van Deventer (kelak dikenal dengan trias van Deventer), itu meliputi tiga hal: edukasi (pendidikan), irigasi (pengairan) dan transmigrasi (perpindahan penduduk). Ketiga itu kalau dilihat semacam balas jasa kaum kolonialis atas kaum pribumi.
Dalam konteks edukasi inilah Belanda kemudian mendirikan sekolah atau kampus dengan sistem pendidikan kolonial. Lazimnya ketika itu, struktur pendidikan dibuat berdasarkan stratifikasi kolonial penduduk tanah jajahan. Stratifikasi itu terdiri dari kaum Eropa sebagai lapisan atas, disusul Timur Asing (terutama Arab dan Cina), aristocrat pribumi (kaum priyayi) dan terakhir rakyat umum.
Ternyata dari lembaga pendidikan itulah bersemai bibit pergerakan. Seperti yang terjadi pada sekolah pendidikan dokter Jawa STOVIA (School tot Opleiding voor Indlandsche Art-sen) dan sekolah Dokter Hindia Belanda di Surabaya (kini bernama FK-Unair) yaitu NIAS (Nederlandsche Indische Artsen School).
Budi Utomo misalkan. Lembaga ini mulanya diprakarsai oleh seorang dokter yang memiliki darah Makassar, dokter Wahidin Sudirohusodo. Dari inisiatif Wahidin kemudian, setelah ia mengadakan perjalanan mengunjungi Pulau Jawa pada 1906-1907, kemudian ketika didiskusikan dengan Dokter Sutomo dari STOVIA akhirnya melahirkan lembaga itu pada 20 Mei 1908.
Jika Budi Utomo coraknya masih bersifat kedaerahan sebagai gerakan kultural kaum priyayi Jawa, kemudian muncul lembaga lain seperti Jong Java, Jong Sumatera, Song Ambon, Jong Celebes dan lainnya.
Kemudian tak lama berselang muncul Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo. Gerakan ini tidak lagi bersifat kedaerahan, akan tetapi sudah menasional. Setelah itu berdirilah Jong Islamieten Bond (JIB) dan anak organisasinya bernama SISC (Studenten Islam Studie Club) yang kelak mencetak banyak kelompok intelektual pimpinan Masyumi.
Sekitar enam bulan setelah berdiri BU ,di Belanda juga berdiri lembaga Perhimpunan Indonesia (PI) dengan ketuanya seorang mahasiswa asal Sumatera Barat, Mohammad Hatta. Gerakan ini begitu gencar mempopulerkan nama Indonesia di negeri kincir angin itu.
Perjuangan mahasiswa dan pemuda kemudian mengalami proses penyatuan. Tentunya pernyatuan gerakan ini berguna untuk memerdekan diri dari kaum penjajah Belanda. Akhirnya pada Kongres Pemuda kedua 1928, lahirlah Sumpah Pemuda. Sumpah ini memiliki arti penting bagi perjalanan bangsa kita. Kenapa? Karena ide revolusinya. Deklarasi tanah Indonesia, bangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia termasuk berani ketika itu. Artinya ketika Belanda masih mencengkeram kuat, ada anak muda progressif revolusioner yang berani meneriakkan perlawanan. Ujung-ujungnya sumpah ini adalah kemerdekaan Indonesia.
Beberapa waktu kemudian, Jepang pun mencetuskan Perang Asia Timur Raya. Bersama itu akhirnya untuk bisa memenangkan perang di Asia Timur agar nanti bisa bersaing dengan Amerika, maka Jepang masuk ke Indonesia menggeser Belanda. Penjajahan bangsa yang beranggapan bahwa Kaisar atas titisan Dewa Amaterasu (Matahari) itu berjalan selama kurang lebih tiga tahun (bandingkan dengan Belanda yang 350 tahun).
Untuk memenangkan perang, Jepang pun menggunakan sebuah teori penting teori abortus. Sebelum membesar, maka dimatikan lebih awal, kira-kira itu maknanya. Akhirnya mereka menyerang Pelabuhan Angkatan Laut AS Pearl Harbour. Tak mau kalah dengan Jepang, maka pada awal tahun 45, Amerika pun meluluhlantakkan dua kota di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki.
Jepang menyerah pada Amerika dan sekutunya. Di kalangan pergerakan timbul ketegangan apakah segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia atau menunggu. Akhirnya kaum muda seperti Sukarni dan Chairul Saleh dan kawan-kawannya kemudian membawa Bung Karno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak proklamasi kemerdekaan. Akhirnya setelah melalui proses yang panjang dialami oleh Masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , bangsa Indonesia mencetuskan kemerdekaannya.
Kemerdekaan menyisakan banyak pekerjaan. Di satu sisi pembenahan ekonomi dan politik, kemudian serangan dari Belanda yang hendak masuk kembali ke Indonesia. Begitu sering kita saksikan fluktuasi kabinet. Pada tahun 1955 dilaksanakanlah Pemilu pertama pada kabinet Burhanuddin Harahap. Terpilihlah anggota dewan konstituante yang bertugas membuat undang-undang.
Karena undang-undang tidak jadi, akhirnya Bung Karno pun membubarkan konstituante lewat Dekrit 5 Juli 1959. Turunan dari Dekrit adalah berlakulah sistem Demokrasi Terpimpin dibawah Bung Karno. Bahwa BK berkeinginan menjadi presiden seumur hidup.
Karena kebijakan ini, akhirnya timbul perlawanan dari kaum muda mahasiswa. Terlebih dengan terjadinya peristiwa G30S PKI pada 1965. kedekatan BK dengan PKI setidaknya bermakna ganda. Dalam buku Soekarno File yang diluncurkan oleh seorang professor dari Amerika menyebutkan bahwa BK mengetahui rencana penculikan terhadap perwira tinggi angkatan darat itu. Fakta lain menyebutkan bahwa BK tidak tahu menahu tentang gerakan itu. Artinya, dia menjadi korban. (sampai kini belum jelas mana fakta sebenarnya!).
Pada tahun 1966, gerakan massa mahasiswa pun bergerak. KAMI, KAPPI bersama militer bersama menyumbangkan rezim Orde Lama Bung Karno. Ketika Bung Karno jatuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Suharto. Beberapa aktivis mahasiswa yang dulu vokal  pada Bung Karno pun masuklah dalam parlemen. Dulunya kritis, tapi kemudian menjadi pendiam sejak jadi anggota parlemen.[4]
Di tahun 1974 terjadi peristiwa besar dalam dunia mahasiswa. Ketika itu mahasiswa menolak penanaman modal asing dari Jepang. Ketika seorang pembesar Jepang ke Jakarta, maka demonstrasi pun menyeruak. Terjadi pembakaran dan chaos. Pemerintah menyebut kejadian ini dengan Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
Akibat aksi ini kemudian, lewat SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef No.0156/U/1978, terbitlah Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)/Badan Koordinasi kemahasiswaan (BKK). Artinya bahwa mahasiswa harus kembali ke kampus, menjadikan kampus sebagai tempat belajar sebagaimana mestinya, tidak bergerak dalam ranah politik, dan membubarkan Dewan Mahasiswa (Dema).
Pada tahun 1980-an, gerakan mahasiswa tidak bermain jauh dalam aksi jalanan. Mahasiswa, akibat kebijakan penguasa, menfokuskan diri pada internalisasi (belajar di kampus), pada penguatan wacana intelektual di kampus. .
Di akhir tahun 80-an ini ada aksi mahasiswa. Akan tetapi tidak terlalu massif. Aksinya masih skala lokal dan sangat berhati-hati. Itu karena penculikan dan penghilangan nyawa, penjara siap menanti bagi penentang penguasa. Mencari jalan aman, banyak gerakan yang bermain bawah tanah, dalam hal ini gerakan dakwah islam dan gerakan kebangsaan lain.
Pada tahun 1990-an awal ada satu fenomena unik. Rezim Orba begitu akomodatif terhadap Islam. Maka berdirilah ICMI di Malang yang diketuai Menristek BJ. Habibie. Organisasi ini juga mulanya atas inisiatif dari kalangan mahasiswa yang care terhadap Islam di Indonesia yang menghubungi beberapa aktivis, birokrat, dan cendekiawan muslim untuk mendirikan sebuah wadah penyatuan gerakan.
Pada tahun 1996, terjadi krisis moneter. Di Asia Tenggara krisis ini dimulai dengan jatuhnya mata uang Baht kemudian merembet pada anjloknya rupiah. Jatuhnya rupiah diperburuk dengan inflasi keuangan, serta korupsi di tubuh banyak lembaga pemerintah, tak terkecuali departemen agama (departemen yang lazimnya mengurusi masalah religius)
Krisis ini semakin parah. Jauh hari, Amien Rais, seorang cendekiawan dari UGM lulusan Doktor dari Chicago University, pernah menyerukan: Suksesi adalah keharusan Demi bangsa, maka suksesi kepemimpinan nasional harus dipercepat. Akhirnya setelah demonstrasi mahasiswa se-Indonesia menginginkan Suharto turun, maka issu ini menjadi menyeluruh.
Kita kenal peristiwa ini dengan nama reformasi. Amien Rais didaulat menjadi tokoh reformasi. Menjelang turun, Suharto berencana untuk mempertahankan kekuasaannya dengan cara membentuk komite reformasi. Komite ini rencana diketuai oleh manan ketua umum PB HMI dua periode berturut-turut yang juga rektor Universitas Paramadina Nurcholish Madjid. Akan tetapi hal itu tidak diterima oleh Cak Nur. Karena Cak Nur juga sepikiran dengan Amien Rais dkk bahwa Suharto harus turun.
Pada 20 Mei 1998 menjadi saksi sejarah. Lewat demonstrasi besar-besaran, akhirnya di pagi menjelang siang, Suharto menyatakan mundur secara legowo. Kemudian digantikan oleh BJ. Habibie yang waktu itu menjabat wapres. Gerakan mahasiswa dalam menyikapi Habibie terpecah, ada yang pro dan ada yang tidak.
Pada masa Gusdur, gerakan mahasiswa termasuk kecewa. Adalah karena kebijakan putra Jombang yang kontroversial. Maka terbagilah mahasiswa pada beberapa faksi. Ada yang pro pada Gusdur terutama mahasiswa yang berbasis NU, pun demikian ada yang mengkritisi abis seperti KAMMI yang menyerukan agar mantan ketua PBNU itu turun.
Di masa Megawati, demonstrasi mahasiswa termasuk intens. Ada beberapa kebijakan Mega yang controversial versi mahasiswa. Diantaranya; pemberian release and discharge (R&D) bagi konglomerat hitam, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan. Prestasi rezim Mega bersanding dengan ketua umum PPP Hamzah Haz termasuk buruk versi mahasiswa. Namun, Mega tetap tidak tergoyahkah hingga Pemilu 2004.
Pemilu 2004 adalah pemilu yang demokratis. Adalah karena melibatnya rakyat banyak untuk memilih. Pemilihan langsung namanya. Terpilihlah mantan Mentamben Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpasangan dengan mantan Menkokesra Jusuf Kalla (JK). Dengan alasan naiknya harga minyak dunia, akhirnya pemerintah pun menaikkan harga dasar BBM. Rakyat menjerit, tapi pemerintah tetap konsisten untuk menaikkan dengan alasan-alasan tertentu  walaupun ada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu masyarakat menyampaikan aspirasinya yaitu menurunkan harga minyak. Belum lagi dengan hal-hal yang lainnya yang ingin disampaikan oleh mahasiswa kepada presiden dan aparat pemerintahan.
Salah satu alasan pemerintah yang pernah diungkapkan Jusuf Kalla adalah masalah kompensasi. Selama ini konpensasi BBM lebih menyejahterakan kaum menengah ke atas. Akhirnya kompensasi BBM akan dialihkan pada bidang kesehatan dan pendidikan. Selama ini beberapa masalah di sini adalah pada penyaluran. Kerap ada tangan jahil yang mengambil bukan haknya.
Gerakan mahasiswa masih kritis di sini. Ketika pemerintah menaikkan harga, maka mahasiswa pun beraksi. Cuma seperti biasa, pemerintah juga sudah memiliki tim manajemen konflik yang baik yang tahu bagaimana psikologi gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa selama ini kerap beraksi pada moment tertentu. Kelemahannya adalah kurang cerdas mengelola momentum. Lagipula saat ini pemerintah SBY-JK termasuk kuat karena dipilih langsung oleh rakyat.Nah, saatnya sekarang mencari format ideal seperti apa yang harus dimainkan oleh gerakan mahasiswa dalam melaksanakan peranannya sebagai Agent Of Change.

KEPUSTAKAAN
Lutfi Amir dan Elviriadi. 2005. Kebangkitan generasi muda asia tenggar, Pekanbaru, suska  press
Poerwanta.1994.Partai Politik Di Indoneisa, Jakarta, Rineka cipta
Rusli Karim,Muhammad.1983. Perjalanan partai politik di Indonesia, Jakarta,   CV. Rajawali
www.google.com


[1]      M.Rusli Karim, Perjalanan partai politik di Indonesia , CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hal. 155

[2]         Amir lutfi dan Elviriadi, Kebangkitan generasi muda asia tenggar, suska press, Pekanbaru,  2005,  hal. 109

[3]         Poerwanta, Partai Politik Di Indoneisa, Rineka cipta, Jakarta, 1994, hal. 74
[4]     www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar