1.
Gerakan
politik mahasiswa
Dalam lintasan sejarahnya, gerakan mahasiswa senantiasa memiliki karakter
gerakan yang sama yakni idealis (normatif), murni dan tanpa pamrih, (sekedar)
pendobrak, penentu momentum perubahan, simbol perlawanan dan didukung rakyat.
Mahasiswa terpanggil karena rasa tanggung jawab moral mereka akan masa depan
bangsanya.[1]
Dikatakan idealis karena apa yang disuarakan mahasiswa adalah nilai
kebenaran yang universal berupa nilai moral yang diakui bersama kebaikannya
oleh seluruh masyarakat, seperti anti tirani, demokratisasi, berantas KKN dan
lain-lain. Berbeda dengan partai politik yang sarat dengan kepentingan politik
praktis
seperti merebut kursi, mengincar jabatan menteri dan menggulingkan
pemerintahan, gerakan mahasiswa murni dari kepentingan-kepentingan tersebut.
Faktor idealisme yang merupakan
pendorong bagi kegiatan politik mahsiswa pada umumnya, mungkin akan memberikan
jawaban yang bermakna untuk diperhatikan. Selama diuniversitas, mahasiswa banyak
mengamati masyarakat melalui mata kuliah, penelitian, dan praktek di dalam
masyarakat. Begitu pula mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai
kenegaraan, pemerintahan, serta seluk beluk pengaturannya. Dengan demikian mahasiswa
mempunyai kemampuan untuk mengukur apa yang dialami oleh masyarakat, dengan apa
yang diharapkannya dari pemerintah
Faktor eksistensi generasi muda sering di kaitkan kepada perubahan sosial,
generasi muda memegang posisi strategis dalam perkembangan suatu bangsa karena
potensi kuantitatif dan potensi kualitatif yang dimilikinya. Potensi
kuantitatif karena merupakan segmen besar dari masyarakat. Potensi kualitatif
karena dikaitkan dengan kepemilikkan akan idealis tentang kebenaran dan masa
depan bangsa.[2]
Gencarnya seruan-seruan mahasiswa ini semakin lama semakin lantang
terdengar dan muncullah sipati rakyat dengan bentuk dukungan (moral dan
material) serta keterlibatan elemen-elemen masyarakat. Gerakan perlawanan yang
disimbolkan oleh aksi-aksi mahasiswa ini kemudian memuncak dan terciptalah
momentum perubahan itu dengan bentuk people power, reformasi, revolusi atau
penggulingan rezim.
Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu
Bangsa. Pada konteks Indonesia,
pengalaman empirik juga membenarkan sekaligus mempertegas realitas tersebut.
Catatan terkini memperlihatkan bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan
fungsi sebagai Intellectual Organic,
mahasiswa telah berhasil meruntuhkan kepemimpinan soekarno, memporak-porandakan
rezim Orde Baru dan menghantarkan Indonesia kedalam suatu era yang saat ini
sedang bergulir, yakni: “Orde Reformasi“.
Jika mahasiswa berpolitik diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka
mahasiswa dapat berpolitik dalam dua pengertian, yakni :
A.
Berpolitik dalam
arti konsep (Concept). Disini mahasiswa secara individual maupun kelompok,
harus mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau interpretasi mengenai apa yang
menjadi kehendak dari mayoritas rakyat.
B.
Berpolitik dalam
arti kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa sebagai kelompok harus menjadi
Pressure Groups yang memperjuangkan aspirasi rakyat, dengan cara mempengaruhi
orang-orang yang memegang kebijakan ataupun yang menjalankan kekuasaan.
Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka mahasiswa
dituntut untuk benar-benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu teratur dan
sistematik. Sedangkan apabila mahasiswa berpolitik dalam arti kebijakan
(Belied), maka mahasiswa harus betul-betul mengetahui posisi individu dalam
kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam kehidupan ber-Negara, posisi
Negara dalam menjalin relasi dengan warganya, konstelasi politik terkini dan
menguasai manajemen aksi. Pada tataran ideal, mahasiswa seharusnya berpolitik
dalam arti konsep (Concept) maupun dalam arti kebijakan (Belied) secara
bersamaan. Ini berarti, mahasiswa harus berpolitik sebagai politisi ekstra
perlementer.
Dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia,
pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa
penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang
punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika
itu. selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif
melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut
tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya
Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam
kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga
dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun
kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia
sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of
Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran
pemuda Indonesia.
Apabila nilai-nilai dasar yang seharusnya layak diperkembangkan di dalam
masyarakat, seperti kebebasan mengemukakan pendapat, berkumpul dan kehidupan,
sudah tertekan dan menyuentuh rasa idealisme mahsiswa; maka mahsiswa merasa
terajak untuk melakukan aktifitas politik. Perhatikanlah misalnya pada ujung
kekuasaan presiden soekarno di dalam system politik demokrasi terpimpin. Secara
utuh mahasiswa mahsiswa bergerak di bawah naungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI) yang dibentuk pada tanggal 25 oktober 1965. Pada awal sistem politik demokrasi terpimpin yang
dipegang oleh soekarno, kepercayaan atasnya sangat tinggi.Walaupun terjadi
ketidak percayaan daerah terhadap kepemimpinan
presiden soekarno di dalam tahun
1959 yang tercetus oleh masyarakat, namunh PKI dan PNI dan angakatn bersenjata
sebagai kekuatan politik utama yang dipergunakan oleh soekarno untuk mendasari
system politik demokrasi terpimpin, dan mereka tidak merestui ketidak puasan
daerah tersebut. Tetapi setelah keadan ekonomi merosot, dan PKI sudah mempunyai
pengaruh yang sudah menimbulkan kekhawatiran bagi kekuatan-kekuatan politik
yang lainnya, maka kepercayaan terhadap sisitem politik itu sendiri mulai
menurun. Dan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan soekarno sendiri sampai
pada puncaknyapada waktu dia tidak mampu lagi
mengendalikan situasi disekitar bulan oktober 1965. Keadaan ekonomi yang
kacau, inefisiensi pemerintahan, bersama dengan pemberontakan PKI dan sikap
presiden Soekarno yang tidak tegas menyebabkan ketidak puasan meluas di
kalangan masyarakat. Ketidakpuasan tersebut
disalurkan lewat aksi mahasiswa massal yang dimotori oleh KAMI yang non atau
anti terhadap komunis, Aksi tersebut menyampaikan tuntutan rakyat, yaitu:
bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur PKI, turunkan harga barang.[3]
Pada waktu itu mahasiswa muncul menyampaikan hatinurani masyarakat
melalui kegiatan politik yang banyak mempergunakan kegiatan phisik berupa
demonstrasi. Dengan kata lain , mahsiswa terjun kedunia politik jika terdapat
situasi anomi yang kuat didalam masyarakat.
Sejarah
menunjukkan bahwa selain aktivitas gerakan yang berupa tuntutan-tuntutan
terhadap persoalan internal sebuah perguruan tinggi, gerakan mahasiswa juga
mampu menemukan momentum-momentum besar yang menyebabkan keterlibatannya dalam
perubahan politik nasional menjadi sangat penting, dapat kita lihat sejak awal
lahir dan Keberadaan mahasiswa di tanah air, terutama sejak awal abad ke dua
puluh, dilihat tidak saja dari segi eksistensi mereka sebagai sebuah kelas
sosial terpelajar yang akan mengisi peran-peran strategis dalam masyarakat.
Tetapi, lebih dari itu mereka telah terlibat aktif dalam gerakan perubahan jauh
sebelum Indonesia
merdeka. Sebagai anak bangsa yang secara sosial mendapat kesempatan lebih
dibandingkan dengan saudaranya yang lain, mahasiswa kemudian menjadi penggerak
utama dalam banyak dimensi perubahan sosial politik di tanah air pada masanya.
Aktivitas mahasiswa yang merambah wilayah yang lebih luas dari sekedar belajar
di perguruan tinggi inilah yang kemudian populer dengan sebutan gerakan
mahasiswa
untuk secara
aktif dan partisipatif berperan serta dalam proses perubahan masyarakat ke arah
yang lebih baik. Selain itu, sebuah gerakan yang dibangun juga akan
meningkatkan daya kritis mahasiswa secara keseluruhan dalam melihat berbagai
persoalan yang tengah dihadapi masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun internasional.gerakan mahasiswa dalam setiap kurun sejarah selalu mampu
menempatkan dirinya menjadi aktor utama yang berada di garda depan perubahan.
Gerakan politik
yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses perubahan pada dasarnya dipengaruhi
oleh dua kondisi, yakni:
- Kondisi subyektif, berupa hal-hal yang berkaitan dengan faktor internal mahasiswa seperti latar belakang sosial, ideologi dan idealisme yang terbangun.kedua,
- Kondisi obyektif, adalah tatanan sosial, politik dan ekonomi yang melingkupi proses gerakan. Umumnya, peran strategis mahasiswa akan menguat tatkala kedua kondisi ini secara signifikan dapat mendukung terjadinya momentum-momentum perubahan sosial dan politik Negara indonesia.
Untuk melihat gerakan mahasiswa, maka kita perlu menelaah secara
historis. Secara umum, pendidikan formal di Indonesia muncul atas desakan dari
kaum sosialis, humanis, dan reformis liberal di Belanda. Mereka memperkenalkan
apa yang disebut sebagai Politik Etis (Etische Politiek) kepada penduduk
jajahan.
Dalam politik etis yang dipopulerkan oleh Van Deventer (kelak dikenal
dengan trias van Deventer),
itu meliputi tiga hal: edukasi (pendidikan), irigasi (pengairan) dan
transmigrasi (perpindahan penduduk). Ketiga itu kalau dilihat semacam balas
jasa kaum kolonialis atas kaum pribumi.
Dalam konteks edukasi inilah Belanda kemudian mendirikan sekolah atau
kampus dengan sistem pendidikan kolonial. Lazimnya ketika itu, struktur
pendidikan dibuat berdasarkan stratifikasi kolonial penduduk tanah jajahan.
Stratifikasi itu terdiri dari kaum Eropa sebagai lapisan atas, disusul Timur
Asing (terutama Arab dan Cina), aristocrat pribumi (kaum priyayi) dan terakhir
rakyat umum.
Ternyata dari lembaga pendidikan itulah bersemai bibit pergerakan.
Seperti yang terjadi pada sekolah pendidikan dokter Jawa STOVIA (School tot
Opleiding voor Indlandsche Art-sen) dan sekolah Dokter Hindia Belanda di
Surabaya (kini bernama FK-Unair) yaitu NIAS (Nederlandsche Indische
Artsen School).
Budi Utomo misalkan. Lembaga ini mulanya diprakarsai oleh seorang dokter
yang memiliki darah Makassar, dokter Wahidin
Sudirohusodo. Dari inisiatif Wahidin kemudian, setelah ia mengadakan perjalanan
mengunjungi Pulau Jawa pada 1906-1907, kemudian ketika didiskusikan dengan
Dokter Sutomo dari STOVIA akhirnya melahirkan lembaga itu pada 20 Mei 1908.
Jika Budi Utomo coraknya masih bersifat kedaerahan sebagai gerakan
kultural kaum priyayi Jawa, kemudian muncul lembaga lain seperti Jong Java,
Jong Sumatera, Song Ambon, Jong Celebes dan lainnya.
Kemudian tak lama berselang muncul Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo. Gerakan ini tidak lagi bersifat
kedaerahan, akan tetapi sudah menasional. Setelah itu berdirilah Jong
Islamieten Bond (JIB) dan anak organisasinya bernama SISC (Studenten Islam
Studie Club) yang kelak mencetak banyak kelompok intelektual pimpinan
Masyumi.
Sekitar enam bulan setelah berdiri BU ,di Belanda juga berdiri lembaga
Perhimpunan Indonesia (PI) dengan ketuanya seorang mahasiswa asal Sumatera
Barat, Mohammad Hatta. Gerakan ini begitu gencar mempopulerkan nama Indonesia di
negeri kincir angin itu.
Perjuangan mahasiswa dan pemuda kemudian mengalami proses penyatuan.
Tentunya pernyatuan gerakan ini berguna untuk memerdekan diri dari kaum
penjajah Belanda. Akhirnya pada Kongres Pemuda kedua 1928, lahirlah Sumpah
Pemuda. Sumpah ini memiliki arti penting bagi perjalanan bangsa kita. Kenapa? Karena
ide revolusinya. Deklarasi tanah Indonesia,
bangsa Indonesia, dan
berbahasa Indonesia
termasuk berani ketika itu. Artinya ketika Belanda masih mencengkeram kuat, ada
anak muda progressif revolusioner yang berani meneriakkan perlawanan.
Ujung-ujungnya sumpah ini adalah kemerdekaan Indonesia.
Beberapa waktu kemudian, Jepang pun mencetuskan Perang Asia Timur Raya.
Bersama itu akhirnya untuk bisa memenangkan perang di Asia Timur agar nanti
bisa bersaing dengan Amerika, maka Jepang masuk ke Indonesia menggeser Belanda.
Penjajahan bangsa yang beranggapan bahwa Kaisar atas titisan Dewa Amaterasu
(Matahari) itu berjalan selama kurang lebih tiga tahun (bandingkan dengan
Belanda yang 350 tahun).
Untuk memenangkan perang, Jepang pun menggunakan sebuah teori penting
teori abortus. Sebelum membesar, maka dimatikan lebih awal, kira-kira itu
maknanya. Akhirnya mereka menyerang Pelabuhan Angkatan Laut AS Pearl Harbour.
Tak mau kalah dengan Jepang, maka pada awal tahun 45, Amerika pun
meluluhlantakkan dua kota di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki.
Jepang menyerah pada Amerika dan sekutunya. Di kalangan pergerakan timbul
ketegangan apakah segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia atau menunggu. Akhirnya
kaum muda seperti Sukarni dan Chairul Saleh dan kawan-kawannya kemudian membawa
Bung Karno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak proklamasi kemerdekaan.
Akhirnya setelah melalui proses yang panjang dialami oleh Masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , bangsa Indonesia
mencetuskan kemerdekaannya.
Kemerdekaan menyisakan banyak pekerjaan. Di satu sisi pembenahan ekonomi
dan politik, kemudian serangan dari Belanda yang hendak masuk kembali ke Indonesia.
Begitu sering kita saksikan fluktuasi kabinet. Pada tahun 1955 dilaksanakanlah
Pemilu pertama pada kabinet Burhanuddin Harahap. Terpilihlah anggota dewan
konstituante yang bertugas membuat undang-undang.
Karena undang-undang tidak jadi, akhirnya Bung Karno pun membubarkan
konstituante lewat Dekrit 5 Juli 1959. Turunan dari Dekrit adalah berlakulah sistem Demokrasi Terpimpin dibawah Bung Karno. Bahwa BK
berkeinginan menjadi presiden seumur hidup.
Karena kebijakan ini, akhirnya timbul
perlawanan dari kaum muda mahasiswa. Terlebih dengan terjadinya peristiwa G30S
PKI pada 1965. kedekatan BK dengan PKI setidaknya bermakna ganda. Dalam buku
Soekarno File yang diluncurkan oleh seorang professor dari Amerika menyebutkan
bahwa BK mengetahui rencana penculikan terhadap perwira tinggi angkatan darat
itu. Fakta lain menyebutkan bahwa BK tidak tahu menahu tentang gerakan itu.
Artinya, dia menjadi korban. (sampai kini belum jelas mana fakta
sebenarnya!).
Pada tahun 1966, gerakan massa mahasiswa pun bergerak. KAMI, KAPPI
bersama militer bersama menyumbangkan rezim Orde Lama Bung Karno. Ketika Bung
Karno jatuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Suharto. Beberapa aktivis mahasiswa
yang dulu vokal pada Bung Karno pun
masuklah dalam parlemen. Dulunya kritis, tapi kemudian menjadi pendiam sejak
jadi anggota parlemen.[4]
Di tahun 1974 terjadi peristiwa besar dalam
dunia mahasiswa. Ketika itu mahasiswa menolak penanaman modal asing dari
Jepang. Ketika seorang pembesar Jepang ke Jakarta,
maka demonstrasi pun menyeruak. Terjadi pembakaran dan chaos. Pemerintah
menyebut kejadian ini dengan Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
Akibat aksi ini kemudian, lewat SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef No.0156/U/1978, terbitlah Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK)/Badan Koordinasi kemahasiswaan (BKK). Artinya bahwa
mahasiswa harus kembali ke kampus, menjadikan kampus sebagai tempat belajar
sebagaimana mestinya, tidak bergerak dalam ranah politik, dan membubarkan Dewan
Mahasiswa (Dema).
Pada tahun 1980-an, gerakan mahasiswa tidak
bermain jauh dalam aksi jalanan. Mahasiswa, akibat kebijakan penguasa,
menfokuskan diri pada internalisasi (belajar di kampus), pada penguatan wacana
intelektual di kampus. .
Di akhir tahun 80-an ini ada aksi mahasiswa.
Akan tetapi tidak terlalu massif. Aksinya masih skala lokal dan sangat berhati-hati.
Itu karena penculikan dan penghilangan nyawa, penjara siap menanti bagi
penentang penguasa. Mencari jalan aman, banyak gerakan yang bermain bawah tanah,
dalam hal ini gerakan dakwah islam dan gerakan kebangsaan lain.
Pada tahun 1990-an awal ada satu fenomena unik. Rezim Orba begitu
akomodatif terhadap Islam. Maka berdirilah ICMI di Malang yang diketuai
Menristek BJ. Habibie. Organisasi ini juga mulanya atas inisiatif dari kalangan
mahasiswa yang care terhadap Islam di
Indonesia yang menghubungi beberapa aktivis, birokrat, dan cendekiawan muslim
untuk mendirikan sebuah wadah penyatuan gerakan.
Pada tahun 1996, terjadi krisis moneter. Di Asia Tenggara krisis ini
dimulai dengan jatuhnya mata uang Baht kemudian merembet pada anjloknya rupiah.
Jatuhnya rupiah diperburuk dengan inflasi keuangan, serta korupsi di tubuh
banyak lembaga pemerintah, tak terkecuali departemen agama (departemen yang
lazimnya mengurusi masalah religius)
Krisis ini semakin parah. Jauh hari, Amien Rais, seorang cendekiawan dari
UGM lulusan Doktor dari Chicago
University, pernah
menyerukan: Suksesi adalah keharusan Demi bangsa, maka suksesi kepemimpinan
nasional harus dipercepat. Akhirnya setelah demonstrasi mahasiswa se-Indonesia
menginginkan Suharto turun, maka issu ini menjadi menyeluruh.
Kita kenal peristiwa ini dengan nama reformasi. Amien Rais didaulat
menjadi tokoh reformasi. Menjelang turun, Suharto berencana untuk
mempertahankan kekuasaannya dengan cara membentuk komite reformasi. Komite ini
rencana diketuai oleh manan ketua umum PB HMI dua periode berturut-turut yang
juga rektor Universitas Paramadina Nurcholish Madjid. Akan tetapi hal itu tidak
diterima oleh Cak Nur. Karena Cak Nur juga sepikiran dengan Amien Rais dkk
bahwa Suharto harus turun.
Pada 20 Mei 1998 menjadi saksi sejarah. Lewat demonstrasi besar-besaran,
akhirnya di pagi menjelang siang, Suharto menyatakan mundur secara legowo.
Kemudian digantikan oleh BJ. Habibie yang waktu itu menjabat wapres. Gerakan
mahasiswa dalam menyikapi Habibie terpecah, ada yang pro dan ada yang tidak.
Pada masa Gusdur, gerakan mahasiswa termasuk kecewa. Adalah karena
kebijakan putra Jombang yang kontroversial. Maka terbagilah mahasiswa pada
beberapa faksi. Ada
yang pro pada Gusdur terutama mahasiswa yang berbasis NU, pun demikian ada yang
mengkritisi abis seperti KAMMI yang menyerukan agar mantan ketua PBNU itu
turun.
Di masa Megawati, demonstrasi mahasiswa termasuk intens. Ada beberapa kebijakan Mega
yang controversial versi mahasiswa. Diantaranya; pemberian release and
discharge (R&D) bagi konglomerat hitam, lepasnya Pulau Sipadan dan
Ligitan. Prestasi rezim Mega bersanding dengan ketua umum PPP Hamzah Haz
termasuk buruk versi mahasiswa. Namun, Mega tetap tidak tergoyahkah hingga
Pemilu 2004.
Pemilu 2004 adalah pemilu yang demokratis. Adalah karena melibatnya
rakyat banyak untuk memilih. Pemilihan langsung namanya. Terpilihlah mantan
Mentamben Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpasangan dengan mantan Menkokesra
Jusuf Kalla (JK). Dengan alasan naiknya harga minyak dunia, akhirnya pemerintah
pun menaikkan harga dasar BBM. Rakyat menjerit, tapi pemerintah tetap konsisten
untuk menaikkan dengan alasan-alasan tertentu
walaupun ada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu
masyarakat menyampaikan aspirasinya yaitu menurunkan harga minyak. Belum lagi
dengan hal-hal yang lainnya yang ingin disampaikan oleh mahasiswa kepada
presiden dan aparat pemerintahan.
Salah satu alasan pemerintah yang pernah diungkapkan Jusuf Kalla adalah
masalah kompensasi. Selama ini konpensasi BBM lebih menyejahterakan kaum
menengah ke atas. Akhirnya kompensasi BBM akan dialihkan pada bidang kesehatan
dan pendidikan. Selama ini beberapa masalah di sini adalah pada penyaluran.
Kerap ada tangan jahil yang mengambil bukan haknya.
Gerakan mahasiswa masih kritis di sini. Ketika pemerintah menaikkan
harga, maka mahasiswa pun beraksi. Cuma seperti biasa, pemerintah juga sudah
memiliki tim manajemen konflik yang baik yang tahu bagaimana psikologi gerakan
mahasiswa. Gerakan mahasiswa selama ini kerap beraksi pada moment tertentu.
Kelemahannya adalah kurang cerdas mengelola momentum. Lagipula saat ini
pemerintah SBY-JK termasuk kuat karena dipilih langsung oleh rakyat.Nah, saatnya
sekarang mencari format ideal seperti apa yang harus dimainkan oleh gerakan
mahasiswa dalam melaksanakan peranannya sebagai Agent Of Change.
KEPUSTAKAAN
Lutfi Amir
dan Elviriadi. 2005. Kebangkitan generasi muda asia
tenggar, Pekanbaru, suska press
Poerwanta.1994.Partai
Politik Di Indoneisa, Jakarta,
Rineka cipta
Rusli Karim,Muhammad.1983. Perjalanan partai politik di Indonesia, Jakarta,
CV. Rajawali
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar