Kamis, 17 Mei 2012

JURNALISTIK DAN PERS


1.      Sejarah pers dunia

Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Itu terbukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada zaman Romawi Kuno (60 SM), ketika kaisar Julius Caesar berkuasa., dimana berita-berita dan pengumuman ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang di kala itu disebut Forum Romanum. Namun asal kata jurnalistik adalah “Journal” atau “Du jour” yang berarti hari, di mana segala berita atau warta sehari itu termuat dalam lembaran tercetak. Karena kemajuan teknologi dan ditemukannyapencetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka istilah “pers muncul”, sehingga orang lalu mensenadakan istilah “jurnalistik” dengan “pers”.

Kalau dalam dari sejarah Islam cikal bakal jurnalistik yang pertama kali didunia adalah pada zaman Nabi Nuh.. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir yang sangat hebatkepada kaum yang kafir, maka datanglah maiakat utusan Allah SWT kepada Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal yang akan dibuatnya sebagai alat untuk evakuasi Nabi Nuh beserta sanak keluarganya, seluruh pengikutnya yang shaleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang. Tidak lama kamudian, seusainya Nabi Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada hentinya. Demikian pula angin dan badai tiada henti, menghancurkan segala apa yang ada di dunia kecuali kapal Nabi Nuh. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Saat itu Nabi Nuh bersama oranng-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan itu telah naik kapal, dan berlayar dengan selamat diatas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat.
Hari larut berganti malam, hingga hari berganti hari, minggu berganti minggu. Namun air tetap menggenang dalam, seakan-akan tidak berubah sejak semula. Sementara itu Nabi Nuh beserta lainnya yang ada dikapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah air bah itu memang tidak berubah atau bagaimana? Hanya kepastian tentang hal itu saja rupanya yang bisa menentramkan karisuan hati mereka. Dengan mengetahui situasi dan kondisi itu mereka mengharapkan dapat memperoleh landasan berfikir untuk melakukan tindak lanjut dalam menghadapi penderitaanya, terutama dalam melakukan penghematan yang cermat. 
Guna memenuhi keperluan dan keinginan para penumpang kapalnya itu Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, tetapi sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun. Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat demikianlah kabar dan berita itu disampaikan kepada seluruh anggota penumpangnya.
Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga kantor beritannya). Mereka menunjukan bahwa sesungguhnya kantor berita yang pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.
Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak media (multimedia).

2.  Sejarah pers Indonesia
Sejarah pers di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari jasa orang eropa terutama bangsa belanda. Mereka telah berjasa mempelopori hadirnya dunia pers serta persurat kabaran di Indonesia. Masalahnya sebelum kehadiran mereka tidak di beritakan adanya media masa yang dibuat oleh bangsa pribumi
Tentang awal mulanya dimulai persurat kabaran ditanah air, Dr.De Haan mengungkapkan secara sekilas bahwa pada abad 17 di batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Pada tahun 1976 di batavia telah terbit sebuah berkala bernama Kort Berict Eropa ( berita singkat dari eropa). Dicetak di batavia oleh Abraham Van Ede tahun 1976, setelah itu terbit pula Batavia Nouvelles pada bulan oktober 1744, Vandu Nieuws pada tanggal 23 mei 1780, sedangkan bataviasche koloniale Courant sebagai surat kabar pertama yang terbit di batavia tahun 1810.

3.  Sejarah Pers di Riau
Perkembangan persuratan kabaran tidak bisa dilepas dari perkembangan bahasa dan sastra melayu. Jika pembinaan secara sistematis terhadap bahasa dan sastra baru dilakukan pada masa Radja Ali Haji, yaitu dengan bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa (1857), maka masa itu sebenarnya perkembangan penerbitan sudah cukup maju.
Sejarah tulis menulis sudah menjadi cikal bakal tradisi intelektual dan kemudian berlanjut dengan tradisi persuratan (jurnalistik) merupakan suatu kepandaian yang sudah berkembang sejak zaman istana (disebut ilmu terasul). Kemampuan surat menyurat di istana ini dianggap sebagai kepandaian berbahasa Melayu. (Hasan Junus, 1988)
Tradisi percetakan ini tidak bisa dilepas dari perkembangan jurnalistik kelak di Riau. Dan bila percetakan dianggap sebagai cikal bakal lahirnya persurat kabaran, maka tahun 1886 tradisi percetakan ini berbancuh dan berkembang di Riau dalam pengertian geografis, yaitu dengan dicetaknya buku-buku Raja Ali Haji oleh percetakan Liografi “pejabat kerajaan lingga” di daik. Pada tahun ini juga berdiri perpustakaan di Riau, yaitu “Kutub Khanah Yamtuan Ahmadi”. Pada tahun ini juga percetakan “Mathba’at Al-Riauwiyah” dan “Mathba’at Al-Ahmadiyah” berdiri di penyengat.
Bila dilihat dari sejarah persuratkabaran di Riau ada rentang waktu yang sangat panjang dimulai dari kreatifitas kesustraan pada zaman kerajaan hingga menjelang pergantian abad 19 ke abad 20 dan pada awal abad 21 pada masa sebelum adanya alat-alat canggih, naskah-naskah ditulis dengan menggunakan tulisan tangan, jadi sejarah persuratkabaran di Riau tidak dapat dipisahkan dari kerajaan Riau yang pada massanya pernah menyatu dengan dengan semenanjung Malaysia dan singapura. 

4. Pengertian Jurnalistik dan pengertian jurnalistik menurut para ahli

          Definisi jurnalistik sangat banyak. Namun pada hakekatnya sama, para tokoh komuniikasi atau tokoh jurnalistik mendefinisikan berbeda-beda. Jurnalistik secara harfiah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.
Istilah jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa. Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.
Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan jurnalistik, dibawah ini adalah definisi dari para tokoh tentang jurnalistik seperti yang di rangkum oleh Kasman dalam bukunya bahwa jurnalistik adalah:
F. Fraser Bond dalam bukunya An Introduction to Journalism menyatakan: “Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the news reach the public”. Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan pada Sumadiria. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.
M. Ridwan, adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni.
Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja.
Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sedang menurut Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.
Dalam buku Jurnalistik Indonesia karya Sumadiria juga mengungkapkan pengertian beberapa tokoh antara lain; F.Fraser Bond, Roland E. Wolseley, Adinegoro, Astrid S. Susanto, Onong U. Effendi, Djen Amar, Erik Hodgins, Kustadi Suhandang, dan bahkan penulis itu sendir Haris Sumadiria.
Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3), jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
Astrid S. Susanto, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.
Erik Hodgins (Redaktur Majalah Time), jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.
Haris Sumadiria, pengertian secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
Dalam buku Kustadi Suhandang, juga terdapa satu pakar lagi yang mendefinisikan pengertian jurnalistik, yaitu A.W. Widjaya, menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peritiwaatau kejadian sehari-hari yang aktualdan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya.
Sedang menurut Kustadi Suhandang sendiri Kustadi, jurnalistik adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
Menurut A.Muis dan Edwin Emery yaitu; A.Muis (pakar hukum komunikasi) mengatakan bahwa definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Menurut Edwin Emery juga sama mengatakan dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Dan Emery menambahkan bahwa seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.
Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.
Sumadiria juga menambahkan bahwa jurnalistik dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.


5.  Pengertian Jurnalistik menurut tiga sudut pandang : harfiyah, konseptual, dan praktis
Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
1)      Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2)      Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
3)      Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa

 Undang-undang pers yang berlaku di Indonesia
1)      UU No. 11 th 1966
2)      UU No. 04 th 1967
3)      UU No. 21 th 1982
4)      UU No. 40 th 1999 yang dipakai hingga sekarang

UU No. 40 th. 1999
Pers adalah wahana sosial dan lembaga komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, menyimpan, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan sega jenis saluran yang tersedia.

6.  Pernulisan jurnalistik
Penulisan-penulisan jurnalistik yaitu: berita (news), catatan kaki (feature), Artikel (opini), tajuk (editorial), karikatur (gambar), dan berita iklan (advertorial).
1. Penulisan berita (news)
- Penulisannya diatas
- Mengandung unsur 5W+1H
- Actual dan fakta
- Ditulis oleh redaksi
2. Penulisan cacatan kaki (feature),
- Penulisannya dibawah berita(news)
- Mengandung unsur 5W+1H
- Faktual atau khas
- Ditulis oleh redaksi
3. Penulisan Artikel (opini),
- Penulisannya bebas
- Boleh mengandung 5W+1H atau boleh juga tidak
- Karya ilmiah populer
- Ditulis oleh umum
4. Penulisan tajuk (editorial)
- Penulisannya bebas
- Boleh mengandung 5W+1H atau boleh juga tidak
- Karya ilmiah actual
- Ditulis oleh redaksi
5. Penulisan karikatur (gambar)
- Gambar
- Mengandung unsur 5W+1H
- Bebas
- Ditulis oleh redaksi
6. Penulisan berita iklan (advertorial)
- Penulisannya dibawah
- Boleh mengandung 5W+1H atau boleh juga tidak
- Berupa iklan
- Ditulis oleh redaksi

7.  Struktur organisasi jurnalistik

8.  Moral menurut karl Wallance
  1. Kita harus mengembangkan kebiasaan meneliti (habit of search) yang tumbuh. Pesan kita mencerminkan pengetahuan yang menyeluruh tentang subjek itu, kepekaan pada isu yang relevan dan implikasi-implikasinya, kesadaran tentang pendapat serta fakta penting dan dapat dipercaya, serta kesadaran bahwa sebagian besar isu publik bersifat kompleks dan bukan satu sisi
  2. Kita harus menumbuhkan kebiasaan bersikap adil (habit of just) dengan memilih dan menampilkan fakta-fakta dan pendapat secara terbuka. Tidak boleh mnyelewengkan atau menyembunyikan data yang mungkin dibutuhkan khalayaknya untuk mengevaluasi argument komunikator yang adil
  3. Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi
  4. Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat dengan memperlihatkan dan mendorong berbagai  ragam argumen atau pendapat.
9.  Kode etik wartawan Indonesia
  1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar
  2. Wartawan Indonesia Menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi
  3. Wartawan Indonesia menghormati azaz praduga tak bersalah, tidak mencampur adukkan fakta dan opini , berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat
  4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
  5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalah gunakan profesi
  6. Wartawan Indonesia memiliki hak total, menghargai ketentuan embargo, informasi, latar belakang dan of the record selesai dengan kesepakatan
  7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab
Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik itu sepenuhnya diserahkan kepada jajaran dan dilaksanakan pers oleh organisasi yang dibentuk.

2 komentar:

  1. mohon copas,,, trims buanyak :_]

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih ^_^ dan mari sama-sama kita saling menghargai karya dengan mencantumkan setiap referensi yang kita gunakan...

      Hapus